MEMBACA VOKAL, OLAH TUBUH, OLAH VOKAL, DAN OLAH RASA
makalah
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Drama
KELOMPOK 4
ANI
AFRAH S. NIM
1106102010013
FITRIA SAPUTRI NIM
1006102010044
NINA EKA PUTRI NIM
1106102010041
NOVIA MAISARY NIM
1106102010007
PUTRI R.A. ZAKARIA NIM
1106102010047
RAHMAD NUTHIHAR NIM
1006102040005
VINA ARISKA NIM
1106102010012
YULIANI NIM
11061020100
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SYIAH
KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2013
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah,
penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan. Makalah berjudul “Membaca Vokal, Olah Tubuh, Olah Vokal, dan Olah Rasa”
membahas seluk beluk yang merupakan bahasan
materi
yang terdapat dalam
mata kuliah drama.
Makalah ini diupayakan dapat menambah ilmu dan pengetahuan bagi pembaca.
Tujuan utama membuat
makalah ini ialah untuk memenuhi tugas mata kuliah drama. Dalam penulisan
makalah ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada dosen pengajar karena telah membimbing selama proses
belajar-mengajar serta ucapan terima kasih kepada semua pihak yang turut
berpartisipasi dalam membantu merampungkan makalah ini hingga selesai.
Harapan penulis, semoga
makalah ini bermanfaat bagi
pembaca. Mohon pembaca memberikan
kritik dan saran-saran berharga yang dapat membangun agar penulisan di masa
akan datang dapat lebih baik lagi.
Banda
Aceh, November
2013
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB
I
PENDAHULUAN
Drama merupakan
tiruan dari kehidupan manusia sehari-hari yang nantinya akan dipentaskan. Dalam
drama, dua hal yang perlu diperhatikan ialah mendengar, dan menanggapi. Sejak kelahirannya,
drama memang sudah menunjukkan ciri-ciri khas seperti yang kita kenal sekarang,
meskipun drama telah mengalami perkembangan dan perubahan dari zaman ke zaman.
Hal yang turut membangun sebuah drama diantaranya ialah melakukan
latihan-latihan atau olah tubuh, olah rasa, juga olah vokal. Kesemuanya saling
berkaitan serta memiliki hubungan yang cukup erat. Olah vokal berarti mengolah
suara atau penguasaan suara dalam seni acting yang pada
dasarnya adalah penguasaan diri secara utuh, karena kedudukan suara dalam hal
ini hanyalah merupakan salah satu alat ekspresi dan totalitas diri kita sebagai
seorang pemain (actor). Lain
halnya dengan olah vokal, olah tubuh ialah kegiatan mengolah badan kita saat
latihan agar terciptanya kelenturan dan kemudahan dalam bergerak saat akan
bermain peran nantinya. Olah tubuh atau disebut juga pemanasan
sebaiknya menjadi dasar dalam pelajaran acting. Melatih kelenturan tubuh,
memulai dari organ yang paling atas, hingga yang paling bawah. Latihan ini
ditempuh untuk mencapai kesiapan secara fisik, sebelum menghadapi
latihan-latihan lainnya.
Sedangkan olah rasa adalah
memberi rasa fokus kepada energi yang
sudah dimiliki oleh si aktor.
Dia harus mengendalikan dirinya menuju satu tujuan tertentu. Usaha memfokuskan
energi itu adalah usaha menyerahkan diri sepenuhnya kepada aksi dramatis sesuai
tuntutan naskah, dimana ia mampu menentukan pilihan-pilihan aksi selaras dengan
keyakinannya terhadap tokohnya.
Berdasarkan latar
belakang di atas, diuraikan
beberapa rumusan masalah:
a)
apa yang
dimaksud dengan drama;
b)
hal apa saja
yang membangun suatu drama sebelum pementasannya;
c)
apa itu membaca
vokal, olah vokal, olah tubuh, dan olah rasa;
d)
mengapa perlukan
dilakukan olah vokal, olah tubuh, dan olah rasa saat latihan drama;
1.3 Manfaat Penulisan
Pembaca dapat mengetahui apa itu drama, hal yang perlu dilakukan saat latihan
drama yaitu, olah tubuh, olah vokal, juga olah rasa. Dengan semua latihan mengolah
ketiga macam hal tersebut maka pementasan sebuah drama diharapkan dapat
memberikan yang terbaik. Akhirnya, pembaca dapat mengetahui contoh-contoh olah
vokal, olah rasa, dan olah tubuh serta paham bagaimana cara melakukannya.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1)
untuk menyelesaikan tugas pada mata kuliah drama;
2)
mengetahui apa itu membaca
vokal, olah tubuh, olah rasa, dan olah vokal;
3)
dapat melakukan
latihan terhadap macam-macam olah yang disebut di atas saat latihan drama.
BAB II
PEMBAHASAN
Drama
merupakan tiruan dari kehidupan manusia sehari-hari yang nantinya akan
dipentaskan. Dalam drama, dua hal yang perlu diperhatikan ialah mendengar, dan
menanggapi. Sejak kelahirannya, drama memang sudah menunjukkan ciri-ciri khas
seperti yang kita kenal sekarang, meskipun drama telah mengalami perkembangan
dan perubahan dari zaman ke zaman.
2.2 Hal-hal yang Perlu Dilakukan Saat Latihan Drama
2.2.1 Membaca Vokal
Membaca vokal ini maksudnya
melatih suara kita dalam mengeluarkan bunyi vokal yang harus sesuai dengan
posisi lidah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membaca vokal:
Lidah dapat berada dalam posisi depan,
hampir depan, madya (tengah), hampir belakang, dan belakang. Dalam bahasa Indonesia, vokal yang terjadi karena lidah
berada di posisi depan adalah[i], [e], [É›], [a]. Semuanya
merupakan vokal dengan bibir tak bulat. Sedangkan vokal (dalam bahasa
Indonesia) yang terjadi karena lidah berada di posisi belakang
adalah [u], [É”], [o]. Semuanya merupakan vokal dengan bibir
bulat. Sementara vokal madya adalah [É™].
·
Ketinggian
Ketinggian lidah menentukan
perbedaan bunyi vokal. Semakin tinggi lidah, maka semakin menyempit pula udara
yang dikeluarkan untuk menciptakan bunyi vokal, dan demikian sebaliknya jika
lidah merendah. Contohnya, vokal [i] dan [u] terjadi saat
lidah mencapai posisi tertinggi yang dicapainya, sedangkan
vokal [a] dan [É‘] terjadi saat lidah mencapai posisi
terendah.
·
Kebulatan
Kebulatan vokal ditentukan oleh bentuk bibir. Perbedaan
bentuk bibir dapat menimbulkan vokal yang berbeda meskipun lidah berada di
posisi yang sama. Misalnya vokal [i] adalah bunyi yang ditimbulkan
dengan posisi lidah di depan dan tinggi tapi bibir tak bulat, sementara
vokal [y] ditimbulkan dengan posisi lidah di depan dan tinggi tapi
bibir membulat. Jadi perbedaan hanya terletak pada kebulatan bibir saja
meskipun posisi lidah sama. Contoh lain adalah bunyi [É”] (bulat)
dan [ʌ] (tak bulat), keduanya terjadi dalam posisi lidah yang sama
tapi kebulatan bibir berbeda. Bunyi[É”] terdapat pada kata "bor"
(Indonesia) dan "on" (Inggris), sedangkan
bunyi [ʌ] terdapat pada kata "up" (Inggris) dan
"Seoul" (Korea).
2.2.2 Olah Vokal
Vokal (Suara) serta ucapan
amatlah penting di dalam sebuah pementasan sebuah drama untuk menyatakan
perasaan dan ada pula kata-kata yang dapat digunakan sebagai senjata mencapai
kekuatan. Sebagai
media ucap dalam berakting, melatih organ suara merupakan hal yang paling
pokok. Bagaimana produksi suara kita, dilokalisir dengan baik sesuai dengan
kebutuhan peran. Jika aktor
tekun melatih perangkat suaranya lewat latihan yang benar dan teratur, dia akan
lebih mudah dalam memainkan perannya.
Kemampuan Vokal bagi seorang aktor adalah syarat utama
agar bisa memainkan peran dengan baik. Dengan laku vocal, pemeran dituntut
untuk dapat menjadi perwujudan watak-watak yang nyata. Vokal sebagai salah satu
media pengungkapan ekspresi aktor,
merupakan media penyampai informasi melalui dialog. Informasi tentang alur
cerita, setting peristiwa, karakter tokoh, emosi, kondisi, usia tokoh dan
lainnya. Dan hendaknya tersampaikan secara jelas melalui keterampilan pemeran
dalam menyampaikan dialog.
Pencapaian dalam materi ini adalah
menciptakan aktor
dengan perangkat vokalnya yang efektif dan elastis sehingga mampu menyesuaikan
takaran volume suaranya dengan kondisi apapun. Ia juga mampu menampilkan
variasi-variasi suara dengan baik seolah berbicara seperti kebiasaan
sehari-hari, tetapi tanpa kehilangan kesan teaterikal. Melalui vocal seorang
actor harus mampu menggali kedalaman karakter tokoh dan nuansa dramatic shingga
mampu menggugah imajinasi dan empatik penonton. Dalam olah vocal,
teknik pernapasan adalah sesuatu yang penting karena merupakan sumber tenaga
penggerak atau penggetar pita suara kita. Latihan pernafasan kita menjadi
stabil dan efektif dalam menunjang pembentukan suara.
Menurut
Henning Nelms tentang pengucapan
ada lima:
1. Menyalurkan kata-kata Drama kepada
penonton.
2.
Memberi arti-arti khusus pada kata-kata tertentu melalui odulasi suara.
3.
Memuat informasi tentang sifat dan perasaaan – pemeranan.
4.
Mengendalikan perasaan penonton.
5.
Melengkapi variasi.
Ada pula beberapa tahap yang dapat dilakukan saat
melatih vokal:
Tahap
Pertama
Pada
tahap pertama pada latihan olah vokal , hisap lah udara sebanyak-banyaknya lalu
tahan, kemudian hembuskan sambil mengeluarkan suara. Ini dilakukan
berulang-berulang.
Tahap
Kedua.
Hisap
udara melalui melalui dada salurkan ke Rongga dada hisap udara melalui perut,
lalu tahan salurkan ke rongga Dada, keluarkan melalui mulut. Sebaliknya dapat
dilakukan dengan sebaliknya, apabila tahap sudah dapat dilakukan bisa dilakukan
dengan memainkan variasi pernapasan.
Tahap
ketiga
Pada
tahap ini lakukan laatihan dengan menahan napas sambil berjalan, berlari ini
dilakukan berulang kali.
Tahap
keempat.
Bernapas
di dalam air, dengan menahan beberapa saat lalu di hembuskan dengan melalui
teriakan.
Untuk
dapat berartikulasi dengan baik, dibutuhkan kelenturan alat-alat
pengucapan. Artikulasi yang baik, akan dapat dicapai dengan menempatkan posisi
yang wajar tetapi dengan penggunaan tenaga efektif dan terkontrol.
Alat-alat
tersebut antara lain:
Bibir
Sangat
berperan dalam membentuk huruf-huruf hiduo dan huruf M-B-P. Latihan
dengan membentuk mulut dengan ruang gerak yang maksimal, otot bibir berulang
membentuk bunyi U-A-U-I-U-A-O-E. Pada saat menyuarakan huruf u bibir dibentuk
mengkerucut tarik semaksimal mungkin kedepan. Pada bentuk O, bibir membuat
bulatan dan jangan lupa tarik bibir kearah depan tetap diperhatikan. Pada bunyi
A, bibir seolah pada posisi menguap membentuk lonjong maksimal. Pada bentuk
bunyi I, bibir seolah ditarik pipi ke samping sehingga mulut nampak pipih.
Lakukan latihan ini berulang-ulang mulai dengan tempo membentuk lambing-lambang
bunyi, percepatan temponya semakin cepat dan cepat lagi. Lakukan latihan dengan
menyuarakan gabungan huruf mati dengan huruf diatas, menjadi
MU-BA-PU-MI-BU-PA-MO-BE berulang-ulang dari lambat ke sedang dan cepat. Lakukan
dengan diiringi latihan dan pernapasan.
Lidah
Lidah
sangat berperan dalam membentuk bunyi huruf-huruf mati
seperti C-D-L-N-R-S-T dan
lainnya. Lidah yang lincah akan dapat menentukan pembentukan lafal yang baik,
tepat dan jelas. Latihan-latihan dimaksud untuk mencapai tingkat kelenturan
sehingga lidah tidak saja lemas dan lincah tetapi juga mempunyai kemampuan
seseorang yang mengalami kesulitan dalam membentuk bunyi R dan T. Latihan
lidah:
-
Menjulurkan dan menaril lidah berulang-ulang
-
Menjulurkan dan menarik ke atas => bawah, samping kanan => kiri dan kemudian
menjulurkannya untuk membuat gerakan berupa lingkaran.
-
Tempelkan ujung pada gigi seriates lalu dorong lidah keluar, tempelkan ujung
lidah pada gigi serri bawah lalu doronglah lidah keluar, lakukan
berulang-ulang.
-
Tutup mulut lalu bunyikan Bberrrrrrrrrrrrrrr, Trerrrrrrrrrrrr.
Rahang
Membantu
pembentukan rongga mulut.
Lakukan
latihan-latihan seperti ini:
-
Tutup dan buka mulut selebar mungkin, berulang-ulang.
- Doronglah
rahang bawah ke muka lalu buka ke bawah lalu tarik kea rah dalam/ leher lalu
tutup mulut, rahang rapat, dorong ke muka kembali dan lakukan seterusnya
berulang-ulang semakin cepat.
- Gerakan
rahang bawah ke kanan dan kiri.
- Buat
lingkaran dengan rahang arah bergantian ke kanan dan ke kiri.
- Ucapkan
dalam satu helaan nafas hitung berapa pengulangan
bunyi:
wawawawawawawawa,
yayayayayayayayayaya
Langit-langit
Terdiri
dari langit-langit keras dan langit-langit lunak, merupakan bagian penting
dalam pembentukan suara maupun pengucapan. Selain itu, langit-langit
berperan juga sebagai dinding resonator pada rongga mulut. Latihan:
-
Tutup mulut berbuatlah seakan-akan anda sedang berkumur, buka rahang bawah
tetapi bibir tetap rapat, tekan langit-langit ke atas dank ke bawah pula.
-
Tutup mulut dalam keadaan rapat, kemudian lakukan seolah anda mengucapkan bunyi
M, B, K, N, NG, D, dan lainnya. Saat melakukan ini dapat dirasakan
langit-langit bergerak ke atas dan ke bawah.Setelah seluruhnya peralatan
pernapasan dan peralatan pengucapan kita latih dengan baik, barulah kita
mencoba dengan membaca dialog. Bacalah dengan volume yang sedang dan rasakann
pula dorongan nafas diaphragma, arahkan pembentukan suara ke resonator yang
dirasakan paling tepat. Misalnya ke rongga resonator dada, mulut atau hidung.
2.3 Olah Rasa
Mengolah rasa maksudnya mengolah jiwa kita agar lebih
berkonsentrasi yang
secara
harfiah berarti memfokus, sehingga dalam konsentrasi, kepekaan si aktor dapat mengalir
bebas menuju satu titik atau bentuk tertentu. Seorang aktor harus punya pusat
perhatian (konsentrasi) dan bahwa pusat ini seyogyanya tidak berada di tengah
tempat latihan. Makin menarik pusat perhatian, makin sanggup ia memusatkan
perhatian. Jelas
sekali sebelum anda sanggup menetapkan titik perhatian yang sedang dan yang
jauh, terlebih dahulu anda harus belajar bagaimana caranya memandang dan
melihat benda-benda di area set.
Aktor
yang berada di area set, menghayati suatu kehidupan yang sejati atau
imajiner. Kehidupan abstrak ini perhatian dalam diri kita. Tapi ia tidak mudah
untuk dimanfaatkan, karena ia sangat rapuh. Seorang actor harus juga seorang
pengamat, bukan saja dalam memainkan peran di atas pentas atau sebuah film,
tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Dengan keseluruhan dirinya ia harus
memusatkan pikirannya pada segala yang menarik perhatiannya . Ia harus
memandang sebuah objek, bukan lain, tapi betul-betul dengan mata yang tajam.
Jika tidak, maka seluruh metode kreatifnya akan ternyata mengembang dan tidak
punya hubungan dengan kehidupan.
Umumnya
orang tidak tahu bagaimana caranya mengamati tarikan wajah, sorotan mata
seseorang dan nada suara untuk dapat memahami pikiran lawan bicara mereka.
Mereka tidak bisa secara aktif memahami kebenaran kehidupan secara kompleks dan
juga tidak sanggup mendengar kan sedemikian rupa, hingga mereka dapat memahami
apa yang mereka dengar. Jika
mereka dapat melakukan ini, kehidupan ini akan jauh lebih baik, lebih mudah dan
kerja kreatif mereka akan lebih kaya, lebih halus dan lebih dalam. Tapi kita tidak bisa
memaksakan pada seseorang sesuatu yang tidak dimilikinya, hanya daya yang
dimilikinya saja yang bisa ia kembangkan.
Bagaimana cara untuk mencapai ini?
Aktor harus belajar
melihat, menyimak dan mendengarkan sesuatu yang indah. Kebiasaan itu akan
mencerdaskan jiwa mereka dan melahirkan perasaan yang akan meninggalkan
jejak-jejak yang dalam pada ingatan emosi mereka. Ambil sekuntum bunga
kecil atau selembar kelopak bunga dan cobalah utarakan dengan katapkata tentang
seluk beluk, tekstur, warna dan sifat-sifatnya secara detail. Setelah melalui
proses kreatif ini, lalu anda mulai menelaah bahan emosional yang hidup yang
paling diperlukan dan dijadikan landasan bagi kreativitas selanjutnya.
Kesan-kesan
yang diperoleh dari hubungan langsung dan pribadi dengan orang lainnya.
Hubungan ini dapat diperoleh hanya kontak batin. Begitu banyak pengalaman batin
ini yang tidak bisa dilihat secara inderawi oleh mata, hanya terbayang dalam
tarikan wajah, mata, suara dan cara kita bicara dan menggerakan tangan. Tapi
sungguhpun begitu, bukanlah hal yang mudah untuk menangkap apa yang terkandung
dalam diri orang lain, Karena biasanya orang tidak selalu membukakan pintu
hatinya dan membiarkan kita melihat mereka dan baimana mereka sebenarnya.
Makna-makna seperti itu melekat pada pola perilaku yang mengenali dan mampu
memanfaatkan aspek perilaku ini secaraefektif.
Seorang
aktor dituntut untuk
dapat memerankan setiap kegiatan disetiap situasi. Tiap karakterpun harus
terindividualisasikan dengan hal yang berkenaan pada perilaku. Sebagai
tambahan, tiap karakter yang diperankan seharusnya mempunyai perilaku yang umum
seperti yang ada di tengah masyarakat. Perilaku luar sebuah rancangan harus
ditempatkan semata-mata melalui bagian luar karakternyasaja dari harus memiliki
arti yang mendalam. Terakhir,
aktor harus bisa
mengontrol kecenderungan bahasa non – verbalnya yang mungkin saja tidak cocok
dengan karakter yang diperankannya.
2.4 Olah Tubuh
Beberapa hal yang perlu kita lakukan saat melakukan
olah terhadap tubuh, yaitu sebagai berikut.
1.
Relaksasi
Relaksasi
adalah hal pertama yang haru dilakukan dengan cara menerima keberadaan dirinya.
Relaksasi bukan berarti berada dalam keadaan pasif (santai) tetapi keadaan dimana
semua kekangan yang ada di tubuh terlepas.
Salah
satu masalah yang sering dihadapi oleh aktor adalah kebutuhan untuk relaksasi.
Baik itu di dalam kelas, dalam latihan, di atas panggung, maupun paska
produksi. Relaksasi adalah hal yang sangat penting bagi semua performer.
Relaksasi bukanlah keadaan menta dan fisik yang tidak aktif, melainkan keadaan
yang cukup aktif dan positif. Ini memungkinkan seorang aktor untuk
mengekspresikan dirinya saat masih didalam kontrol faktor-faktor lain yang
bekerja melawan cara pemeranan karakter yang baik. Jadi, relaksasi adalah hal
yang penting dalam upaya mencapai tujuan utama dari seorang performer.
2.
Ekspresi
Kemampuan
Ekspresi merupakan pelajaran pertama untuk seorang aktor, dimana ia berusaha
untuk mengenal dirinya sendiri. Si aktor akan berusaha meraih ke dalam dirinya
dan menciptakan perasaan-perasaan yang dimilikinya, agar mencapai kepekaan
respon terhadap segala sesuatu. Kemampuan Ekspresi menuntut teknik-teknik
penguasaan tubuh seperti relaksasi, konsentrasi, kepekaan, kreativitas dan
kepunahan diri (pikiran-perasaan-tubuh yang seimbang) seorang aktor harus
terpusat pada pikirannya.
Kita
menggunakan cara-cara non linguistik ini untuk mengekspresikan ide-ide sebagai
pendukung berbicara. Tangisan, infleksi nada, gesture, adalah cara-cara
berkomunikasi yang lebih universal dari pada bahasa yang kita mengerti. Bahkan
cukup universal untuk disampaikan kepada binatang sekalipun.
3.
Gesture
Gesture
adalah impuls (rangsangan), perasaan atau reaksi yang menimbulkan energi dari
dalam diri yang selanjutnya mengalir keluar, mencapai dunia luar dalam bentuk
yang bermacam-macam; ketetapan tubuh, gerak, postur dan infleksi (perubahan
nada suara, bisa mungkin keluar dalam bentuk kata-kata atau bunyi).
4.
Gestikulasi
Bahasa
tubuh adalah media komunikasi antar manusia yang menggunakan isyarat tubuh,
postur, posisi dan perangkat inderanya. Dalam media ini, kita akan memahami
bahasa universal tubuh manusia dalam aksi maupun reaksi di kehidupan
sehari-hari.
5.
Olah Mimik
Perangkat
wajah dan sekitarnya, menjadi titik sentral yang akan dilatih. Dalam olah mimik
ini, kita akan memaksimalkan delikan mata, kerutan dahi, gerakan mulut, pipi,
rahang, leher kepala, secara berkesinambungan.
Mimik
merupakan sebuah ekspresi, dan mata merupakan pusat ekspresi. Perasaan marah,
cinta, dan lain-lain akan terpancar lewat mata. Ekspresi sangatlah menentukan
permainan seorang aktor. Meskipun bermacam gerakan sudah bagus, suara telah
jadi jaminan, dan diksi pun kena, akan kurang meyakinkan ketika ekspresi
matanya kosong dan berimbas pada dialog yang akan kurang meyakinkan penonton,
sehingga permainannya akan terasa hambar.
6.
Olah Tubuh
Warming-Up
atau pemanasan sebaiknya menjadi dasar dalam pelajaran acting. Melatih kelenturan
tubuh, memulai dari organ yang paling atas, hingga yang paling bawah. Latihan
ini ditempuh untuk mencapai kesiapan secara fisik, sebelum menghadapi
latihan-latihan lainnya.
Olah
tubuh bisa dilakukan dengan berbagai pendekatan pada balet, namun kalau di
Indonesia sangat mungkin berangkat dari pencak silat atau tari daerahnya
masing-masing seperti kebanyakan actor cirebon dengan masres (sejenis teater
tradisional cirebon) yang banyak menguasai tari topengnya, juga tentu di Bali,
Sunda dan banyak tempat yang berangkat dari tradisinya dan kemudian
dikembangkan pada tujuan pemeranan,.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hal yang turut membangun sebuah drama diantaranya ialah melakukan
latihan-latihan atau olah tubuh, olah rasa, juga olah vokal. Kesemuanya saling
berkaitan serta memiliki hubungan yang cukup erat. Olah vokal berarti mengolah
suara atau penguasaan suara dalam seni acting yang pada
dasarnya adalah penguasaan diri secara utuh, karena kedudukan suara dalam hal
ini hanyalah merupakan salah satu alat ekspresi dan totalitas diri kita sebagai
seorang pemain (actor). Lain
halnya dengan olah vokal, olah tubuh ialah kegiatan mengolah badan kita saat
latihan agar terciptanya kelenturan dan kemudahan dalam bergerak saat akan
bermain peran nantinya. Olah tubuh atau disebut juga pemanasan
sebaiknya menjadi dasar dalam pelajaran acting. Melatih kelenturan tubuh,
memulai dari organ yang paling atas, hingga yang paling bawah. Latihan ini
ditempuh untuk mencapai kesiapan secara fisik, sebelum menghadapi
latihan-latihan lainnya.
Sedangkan olah rasa adalah
memberi rasa fokus kepada energi yang
sudah dimiliki oleh si aktor.
Dia harus mengendalikan dirinya menuju satu tujuan tertentu. Usaha memfokuskan
energi itu adalah usaha menyerahkan diri sepenuhnya kepada aksi dramatis sesuai
tuntutan naskah, dimana ia mampu menentukan pilihan-pilihan aksi selaras dengan
keyakinannya terhadap tokohnya.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah
ini, diharapkan kepada pembaca terutama mahasiswa pendidikan bahasa dan sastra
indonesia agar dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan drama beserta hal apa saja yang perlu diketahui pada saat melakukan
latihan-latihan drama sebelum pementasan. Maka itu, sangat diperlukan pembelajaran
mata kuliah drama ini
untuk dapat menunjang kemahiran saat latihan
drama. Namun, penulis menyadari masih banyak kekurangan dari makalah ini. Oleh
karena itu, masukan dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah, Adjib A. Pengantar Bermain Drama.
CV Rosda: Bandung.
Iman, Sholeh & Rik Rik El Saptaria. 2005. Modul Workshop
Keaktoran Festamasio 3. TGM: Yogyakarta.
Noer C. Arifin. 2005. Teater Tanpa Masa Silam. DKJ:
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar