MEURUKÔN
I. Pengertian
Meurukôn
Meurukôn merupakan
salah satu jenis kesenian yang sangat islami dalam masyarakat Aceh, karena meurukon
ini termasuk salah satu strategi dakwah dalam menyampaikan berbagai persoalan
hukum Islam bagi masyarakat, mulai dari bentuk-bentuk hukum yang ringan sampai
persoalan hukum Islam yang terkadang banyak yang tidak dipahami masyarakat. Kata-kata meurukôn sendiri jika ditilik dari segi bahasa Aceh. “Meu”
adalah kata penghubung terhadap suatu persoalan yang sifatnya kepada perbuatan.
Sedangkan “Rukôn” itu sendiri adalah arti daripada rukun.
II. Pembahasan
Meurukon,
sebuah tradisi yang hidup dalam budaya masyarakat Aceh. Kehadirannya tidak
terlepas dari budaya kehidupan masyarakat Aceh yang Islami. Dalam tradisi meurukon, antara
irama dan pesan agama di kolaborasikan menjadi satu yang dinamakan “meurukon”.
Dalam
acara meurukon biasanya diperdebatkan dua atau tiga kafilah (kelompok). Satu
kafilah biasanya berjumlah enam sampai sepuluh orang. Mereka dipimpin oleh
seorang syeh.
Materi
yang diperdebatkan, serta jawaban yang diberikan akan dinilai oleh para hakim
yang disebut Syeh Kuna yang biasanya berjumlah tiga sampai lima orang. Materi
yang diperdebatkan dalam rukon semuanya soal agama.
Perdebatan
dalam rukon sangat alot. Untuk menghindari salah tafsir dari rukon, acara ini
tidak disebut sebagai pertandingan atau adu argumen soal agama. Tapi disebut
sebagai acara meutrang-trang agama,
saling menjelaskan soal pemahaman agama.
Acara
meurukon biasanya diadakan di sebuah rangkang (balai), makanya disebut juga
sebagai ajang debat ala tengku rangkang. Namun sering juga diadakan di meunasah
(surau). Kafilah yang akan berdebat duduk bersila di atas balai. Antara kafilah
yang satu dengan lainnya duduk terpisah. Permulaan rukon diawali dengan khutbah
rukon. Syeh setiap kafillah menyampaikan mukaddimah, memperkenalkan kafilahnya
kepada penonton. Waktu
pelaksanaannya pada malam hari sehabis waktu shalat Isya hingga berakhir larut malam
atau bahkan menjelang subuh.
Kemampuan
syeh setiap kafillah membangkit radat (irama) mampu membuat penonton betah
sampai pergelaran rukon usai. Suasana rukon terasa sangat hidup ketika suara syeh
setiap kafilah melengking membangkitkan berbagai irama syair religi. Syair
mengajukan dan menjawab pertanyaan yang kemudian diikuti oleh para anggota
kafilah.
Setelah
khutbah rukon, syeh kuna mengajukan beberapa pertanyaan pembuka kepada setiaf
kafilah secara bergiliran. Syeh kuna akan menilai tingkat kebenaran dan rincian
jawaban masing-masing kafilah. Babak selanjutnya syeh kuna tidak lagi
mengajukan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya akan diajukan satu
kafilah ke kafilah lain, syeh kuna hanya menilai, pertanyaan dan jawaban yang
diberikan. Saat saling melemparkan pertanyaan dan menjawab itulah penonton
mendapat kupasan ilmu agama.
Kafilah
yang mendapat pertanyaan, dengan dikomandoi syeh akan menjawab pertanyaan
tersebut. Kemudian kafilah penanya akan merespon apakah jawaban yang diberikan
benar atau tidak. Adakalanya antara penanya dan penjawab merasa sama-sama
benar. Untuk mencari mana kebenaran yang sesungguhnya, maka pertanyaan itu
dilemparkan secara bersama kepada syeh kuna untuk meluruskannya. Meminta
penilaian syeh kuna juga dilakukan melalui syair, seperti:
Teungku meunan kamoë meunoë
Masaalah nyoë bek temeudakwa
Wahé e tungku kamoë hana meutuôh
Pulang u teungku syeh kuna.
atau
Tengku ka
meunan kamoe ka meuno
Bak masalahnyo bek ta
meudawa
Wahe
teungku guree dikamoe
Lon
pulang jinoe nibak syeh Kuna
Selanjutnya,
Syeh Kuna akan meluruskan jawaban, dengan berbagai dalil, karena itulah acara meurukon
disebut juga sebagai ajang bedah kitab keislaman. Kemampuan setiap kafilah
dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan sangat bergantung pada banyaknya
referensi kitab yang mereka baca. Malah, satu pertanyaan sering dikupas sampai
berjam-jam. Untuk mengupas tata letak akasara dalam kalimah bismillah saja
kadang membutuhkan waktu semalam suntuk. Tentu semua proses dalam kesenian Meurukon ini, disampaikan dalam bentuk
irama syair.
Kafilah yang
dianggap menang adalah, bila mampu menjawab banyak pertanyaan dari kelompok
lain dan memiliki irama yang bagus di saat menjawab atau menanyakan sesuatu
persoalan.
Salah satu pertanyaan yang sering dimunculkan
tentang hukum Islam dalam Meurukon ini misalnya, “seseorang bermimpi berbuat
zina di siang hari, habis itu ia terjaga dan harus mandi dengan menimba air.
Tapi saat itu timbanya tidak tersedia, timba tersebut adanya di dalam Mesjid,
lalu bagaimana ia niatkan untuk mengambil tumba yang ada dalam Mesjid itu
sedangkan tubuh orang tersebut dalam keadaan hadas besar?”. Begitulah
contoh-contoh pertanyaan yang dimunculkan dalam seni Meurukon masyarakat Aceh.
Ciri-ciri
Meurukon
Ciri-ciri meurukon antara lain:
-
berhubungan dengn agama;
-
menggunakan bahasa irama;
-
ada pertanyaan dan jawaban
-
ada pembukaan dan isi, bagian pembukaan
berisi doa-doa dan salawat kepada nabi, ada terdapat soal dan pertanyaan,
bagian isi lazim disebut dengan “bhah”;
-
dipimpin oleh syeh;
-
ada pertanyaan dan jawaban.
Ciri khas rukon adalah, materi yang diperdebatkan
semuanya berkaitan dengan hukum Islam. Mengajukan dan menjawab pertanyaan
disampaikan dalam syair yang spontanitas. Hal inilah yang jadi daya tarik
rukon. Di kampung-kampung Aceh, saat pergelaran rukon, masyarakat
berbondong-bondong untuk megikutinya. Karena ada pengetahuan agama yang
diajarkan melalui perdebatan para kafillah. Malah ada ibu-ibu yang ikut
membawakan ayunan untuk menidurkana naknya di tempat pergerakan rukon.
Contoh
Meurukon
Berdasarkan
ciri-ciri meurukon, yang didalamnya dimulai dengan pertanyaan dan dan jawaban,
menurut saya mungkin ini termasuk kedalam meurukon, karena dimulai dengan
pertanyaan. Contoh ini saya ambil pada waktu di pengajian dulu. Seperti:
· Rukon sembahyang na padum boh
perkara?
- Na 13,
· Toh 13?
-
Pertama
niet, dua berdiri, lhee tekebi, teuma keupeut patihah tabeut lam berdiri,
limong rukuk nam itidal tujoh sujud teuma keulapan duk antara dua sujud.ke
sikureung duk di dalam tahiyat akhe meusilaweut keu Muhammad siploh hase.siblah
ta duk ta mucap dua kalimat syahdat dua blah saleum lhee blah tertib ingat
beuthat..
·
Rukon
iman na padum boh perkara?
-
Na
6
·
Toh
toh nam?
-
Pertama
percaya keu Allah, keudua percaya keu malaikat, ke lhee percaya keu kitab, keupeut
percaya ke rasul, keu limong percaya keu untong get dan untong jeut daripada
Allah ta’ala
III.
Referensi(Tanggal:
25 Mei 2012)
Kota Lhokseumawe
[Archive] - Aceh Forum Community http://www.acehforum.or.id/archive/index.php/t-2398.html
Aceh
Dalam Lintasan Sejarah Seni dan Budaya | Lembaga Kajian Agama dan Sosial Banda
Aceh http://www.lkas.org/sosial_budaya/detail/17/aceh_dalam_lintasan_sejarah_seni_dan_budaya.html
http://sentralfuadi.wordpress.com/2011/12/10/pemerintah-wajib-lestarikan-kelompok-meurukon/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar