A.
Perhatian
Menurut
Walgito (1980:110), perhatian merupakan pemusaran atau konsentrasi dari seluruh
aktivitas individu yang ditunjukan kepada suatu objek atau sekumpulan objek. Berdasarkan
atas penelitian-penelitian menunjukkan bahwa prhatian itu ada bermacam-macam,
sesuai dari segi mana perhatian itu akan ditinjau.
Ditinjau
dari segi timbulnya perhatian, perhatian dapat dibedakan atas:
a. Perhatian
spontan, yaitu perhatian yang timbul sendirinya, timbul dengan secara spontan.
b. Perhatian
tidak spontan, yaitu perhatian yang ditimbulkan secara sengaja karena itu harus
ada kemauan untuk menimbulkannya.
Dilihat dari banyaknya
objek yang dapat dicakup oleh perhatian pada suatu waktu, perhatian dapat
dibedakan, perhatian yang sempit dan perhatian yang lain yang luas.
a. Perhatian
yang sempit, yaitu perhatian individu pada suatu waktu hanya dapat memperhatikan
sedikit objek.
b. Perhatian
yang luas, yaitu perhatian yang pada suatu waktu dapat memperhatikan bannyak
objek sekaligus.
Sehubunngan dengan ini
perhatian dapat juga dibedakan atas perhatian yang terpusat dan perhatian yang
terbagi-bagi.
a. Perhatian
yang terpusat, yaitu individu pada suatu waktu hanya dapat memusatkan
perhatiannya pada sesuatu objek.
b. Perhatian
yang terbagi-bagi, yaitu individu yang suatu waktu dapat memperhatikan banyak
hal atau objek.
Dilihat dari segi
fluktuasi perhatian, maka perhatian dapat dibedakan, perhatian yang statis dan
perhatian yang dinamis.
a. Perhatian
yang statis, yaitu individu dalam waktu yang tertentu dapat dengan statis atau
tetap perhatiannya tertuju pada objek tertentu.
b. Perhatian
yang dinamis, yaitu individu yang dapat memindahkan perhatiannya secara lincah
dari satu objek ke objek lain.
Ada beberapa tes untuk
mengetahui macam-macam perhatian tersebut. Ada dua tes, yaitu Bourdon dan tes Krapelin.
Keduanya mempunyai tujuan yang sama, hanya bentuknya saja yang berbeda. Tes Bourdon
berujud sekumpulan titik-titik yang tertentu jumlahnya, sedangkan tes Krapelin
berujud sederetan angka-angka, dan testee digunakan untuk menjumlahkan
angka-angka yang berdekatan. Baik dengan tes Bourdon maupun tes Krapelin akan
dapat diketahui tentang:
-
Pengaruh gangguan terhadap perhatian
-
Macam perhatian apa yang ada pada individu
-
Ritme individu bekerja
-
Ketelitian individu bekerja
Menurut Suryabrata, (2011:13),
ada dua macam definisi perhatian menurut ahli psikologi, yaitu
a. Perhatian
adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu objek. (lihat stern, 1950,
p. 653, dan Bigot, 1950, hlm 163)
b. Perhatian
adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang
dilakukan.
Menurut Suryabrata (2011:14),
ada tiga macam perhatian sebagai berikut.
a. Atas
dasar intensitasnya
1. Perhatian
intensif
2. Perhatian
tidak intensif
b. Atas
dasar cara timbulnya
-
Perhatian spontan
-
Perhatian sekehendak.
c. Atas
daasar luasnya objek yang dikenai perhatian
-
Perhatian terpencar
-
Perhatian terpusat
Sedangkan menurut
Soemanto ( 2003: 34), perhatian adalah cara menggerakkan bentuk umum cara
bergaulnya jiwa dengan bahan-bahan dalam medan tingkah laku.
B.
Pengamatan
Menurut
Suryabatra (2011:19) dunia pengamatan biasanya dilukiskan menurut aspek
pengaturannya, supaya memungkinkan subjek melakukan orientasi. Adapun
pengaturan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Pengaturan
menurut sudut pandangan ruang. Menurut pandangan ruang ini dunia pengamatan
dilukiskan dalam pengertian-pengertian: atas-bawah, kiri-kanan, jauh-dekat,
tinggi-rendah, dan sebagainya.
b. Pengaturan
menurut sudut pandang waktu. Dunia pengamatan dilukiskan dengan
pengertian-pengertian: masa lampau, masa kini, dan masa yang akan dating dalam
berbagai variasinya.
c. Pengaturan
menurut sudut pandang gestalt. Suatu gestalt adalah sesuatu yang merupakan
kebulatan dan dapat berdiri sendiri lepas dari yang lain, misalnya rumah,
orang, meja, dan sebagainya.
d. Pengamatan
menurut sudut pandangan arti.
Objek-objek yang diamati kita beri arti atau kita kita amati menurut artinya.
Modalitas pengamatan
ialah dibedakan menurt pancaindra yang dipergunakan untuk mengamati,
penglihatan, pendengaran, rabaan, penciuman, dan pengecapan.
C.
Tanggapan
dan Variasinya
Menurut
Bigot (dalam Suryabrata, 2011: 36) tanggapan adalah bayangan yang tinggal dalam
ingatan setelah kita melakukan pengamatan. Dalam hubungan dengan hal ini maka
dapat dikemukakan adanya tiga macam tanggapan, yaitu:
a. Tanggapan
masa lampau atau tanggapan ingatan
b. Tangggapan
masa dating atau tanggapan mengantisipasikan
c. Tanggapan
masa kini atau tanggapan representative (tanggapan mengimajinasikan)
-
Bayangan pengiring adalah bayangan yang
muncul kerika kita telah melihat suatu warna. Bayangan pengiring positif adalah
bayangan yang tampak ketika kita telah mengamati sesuatu objek lalu objek
tersebut akan tampak ketika kemudian kita mengamati objek dinding putih.
Bayangan pengiring negative adalah bayangan berbeda yang tampak ketika kita
melihat ke dinding putih setelah mengamati suatu objek.
-
Bayangan eidetik
D.
Fantasi
Menurut
Suryabrata (2011: 39), fantasi itu didefinisikan sebagai daya untuk membentuk
tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan yang sudah ada
dan tanggapan baru itu tidak harus sesuai dengan benda-benda yang tadi.
Secara
garis besar, fantasi digolongkan jadi dua macam,
a. Fantasi
tak disadari
b. Fantasi
disadari
1. Secara
aktif
a. Fantasi
tercipta
b. Fantasi
terpimpin , melihat hasil fantasi orang
2. Secara
pasif
E.
Ingatan
Ada
tiga aspek dalam berfungsinya ingatan (dalam Suryabrata, 2011:44), yaitu:
a. Mencamkan,
yaitu menerima kesan-kesan
Menurut terjadinya, dibedakan dua macam:
-
Mencamkan yang selehendak
-
Mencamkan yang tidak sekehendak
Faktor yang
mempertinggi atau menambh pencaman
1. Mneumotechnik
atau titian ingatan
2. Penggolongan
secara rythmis
3. Penggolongan
menjadi kumpulan-kumpulan yang berarti
b. Menyimpan
kesan-kesan
c. Mereproduksikan
kesan-kesan
Dalm reproduksi ada dua bentuk, yaitu
a. Mengingat
kembali (recall)
b. Mengenal
kembali (recognition)
F.
Berpikir
Menurut
Plato (dalam Suryabrata, 2011:54), berpikir adalah berbicara dalam hati.
Sehubungan dengan pendapat Plato ini adalah pendapat yang mengatakan bahwa
berpikir adalah akivitas ideasional. Pada pendapat yang terakhir itu dikemukakan
dua kenyataan, yaitu:
a. Bahwa
berpikir itu adalah aktivitas, jadi subjek yang berikir aktif
b. Bahwa
aktivitas itu sifatnya ideasional.
Proses berpikir,
a. Pembentukan
pengertian
1. Menganalisis
cirri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis
2. Membanding-bandingkan
cirri-ciri tersebut untuk diketemukan cri-ciri mana yang sama
3. Mengabstraksikan,
menangkap cirri-ciri yang hakiki.
b. Pembentukan
pendapat
Membentuk pendapat adalah meletakkan
hubungan antara dua buah pengertian atau lebih.
1. Pendapat
afirmatif yaitu pendapat yang secara tegas menyatakan keadaan sesuatu
2. Pendapat
negtif yaitu pendapat yang menidakka, yang secara tegas menerangkan tidak
adanya sifat pada suat hal
3. Pendapat
modalitas atau kebarangklian, menyatakan kemungkinan-kemungkinan
c. Penarikan
kesimpulan atau pembentukan keputusan
1. Keputusan
deduktif,
2. Keputusan
induktif
3. Keputusan
analogis
G.
Perasaan
Menurut
suryabrara (2011:66) perasaaan biasanya didefinisikan sebagai gejaa psikis yang
bersifat subjektif yang umunya berhubungan dengan gejala-gejala mengnl, dan
ilami dalam kualitas senang atau tidk senang dalam berbagai taraf. Perasaan
dipengaruhi ole keadaaan dir seseorng.
Macam-macam
perasaaan
a. Perasaaan
jasmaniah
1. Perasaaan-perasaaan
indriah
2. Perasaaan
vital
b. Perasaaan
rohaniah
1. Perasaaan
intelektual
2. Perasaan
kesusilaan
3. Perasaan
keindahan
4. Perasaaan
social
5. Perassaan
harga diri
6. Perasaan
keagamaan
H.
Motif
Menurut Salah satu
aspek psikis yang penting diketahui adalah motif karena keberadaannya sangat
berperan dalam tingkah laku individu. Pada dasarnya tidak ada tingkah laku yang
tanpa motif. Artinya setiap tingkah laku individu itu bermotif. Pendidik perlu
memahami motif peserta didik dalam bertingkah laku, agar dapat (a) mengukur
motif (seperti belajar dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler) peserta didik;
(b) mengembangkan motif peserta didik (peserta didik) yang tepat dalam berbagai
aspek kcgiatan yang positif, seperti belajar, bcrgaul dengan orang lain,
mendalami nilai-nilai agama; dan (c) mendeteksi alasan atau latar belakang
tingkah laku peserta didik, sehingga memudahknn untuk membantu peserta didik
memecahkan masalahnya. Sehubungan dengan hal itu, pada paparan berikut diuraikan
tentang pengertian, pengclompokan, pengukuran, dan pengembangan motif.
a.
Pengertian
Motif
1. Sartain
mengartikan motif sebagai "A complex
state within an organism that directs behavior toward a goal or incentive.”(Suatu kcadaan yang komplek dalam organisme [individu]
yang mcngarahkan perilakunya kepada satu tujuan atau insentif).
2. LP.
Chaplin mengemukakan, bahwa motif itu adalah "A state of tension within the in which arouses, maintains and direct
behavior toward a goal."(Satu kekuatan dalam diri individu yang
mclahirkan, memelihara dan mengarahkan perilaku kepada suatu tujuan).
3. Sigmund
Freud berpendapat bahwa motif merupakan energi dasar (instink) yang mendorong
tingkah laku individu. Instink lni oleh Sigmund Freud dibagi dua, yaitu sebagai
berikut.
a. Instink
kehidupan atau instink seksual atau libido, yaitu dorongan untuk mempertahankan
hidup dan mengembangkan keturunan.
b. Instink
yang mendorong perbuatan-perbuatan agresif atau yang menjurus kepada kematian.
4. Abin
Syamsudin Makmun mengartikan motif sebagai "suatu keadaan yang kompleks (a
complex state) dan kesiapsediaan (preparatory set) dalam diri individu
(organisme) untuk bergerak (to move, motion, motive) ke arah tujuan tertentu,
baik disadari maupun tidak disadari. Dari pengertian tersebut, dapat dipcroleh gambaran
bahwa setiap kegiatan (aktivitas individu selalu ada kekuatan yang mendorongnya
dan selalu mengarah kepada suatu tujuan. Kekuatan yang mendorong dan
mengarahkan perilaku itu disebut motif. Sebenarnya ada istilah lain yang
mempunyai pengertian yang hampir bersamaan dengan motif yaitu drives dan needs.
Untuk melihat
perbedaan antara ketiga istilah tersebut Moh. Eurya dan Nana Syaodih
Sukmadinata memberikan penjelesannnya sebagai bcrikut:
Drives
terutama
digunakan untuk dorongan-dorongan dasar atau kebutuhan dasar seperti: makan,
minum, perlindungan seks, dan lain-lain. Needs
digunakan dalam pengertian bila pada individu adanya satu kekurangan. Sedangkan
motive (motif) dipergunakan untuk dorongan-dorongan selain yang termasuk drives
dan needs.
Meskipun
ketiga istilah itu dapat dibedakan, tapi dalam aktivitas individu tidak dapat
dipisahkan karena ketiganya merupakan satu kesatuan yang melahirkan perilaku
individual.
Bahkan
dalam banyak pembahasan ketiga istilah tersebut dipergunakan dalam pengertian
yang sama untuk menjelaskan hubungan ketiga istilah tersebut dalam suatu
perilaku individu, Sarlito Wirawan Sarwono menggambarkannya sebagai berikut:
suatu perbuatan dimulai dengan ketidakseimbangan dalam diri individu, misalnya
lapar atau takut. Keadaan ketidakseimbangan ini tidak menyenangkan bagi
individu yang bersangkutan, sehingga timbul kebutuhan untuk meniadakan
ketidakseimbangan itu, misalnya mencari makanan atau perlindungan. Kebutuhan
inilah yang akan menimbulkan dorongan atau motif untuk berbuat sesuatu. Setelah
perbuatan itu dilakukan maka terciptalah keadaan seimbang dalam diri individu,
dan timbul perasaan puas, gembira, aman dan sebagainya. Kecenderungan untuk
mengusahakan keseimbangan dalam diri menusia disebut prinsip homeostatis.
b. Pengelornpokan Motif
Ada
beberapa macam pengelompokan yang dikemukakan oleh para ahli. Meskipun
penamaannya tampak berbeda, namun isinya mempunyai banyak kesamaan antara satu
sama lainnya. Pengelompokan itu di antaranya sebagai berikut.
PERTAMA,
pengelompokan motif primer dan sekunder.
1) Motif Primer
Motif primer disebut
juga motif dasar (basic motive) atau biological drives (karena berasal dari
kebutuhan-kebutuhan biologis). Motif ini menunjukkan kepada motif yang tidak
dipelajari (unlearned motive). Dengan kata lain motif ini bersifat naluriah
(instink). Motif meliputi:
a.
Dorongan fisiologis (physiological
drive), motif ini bersumber pada kebutuhan organis (organic needs) yang
meliputi:
1. dorongan
untuk makan, minum, dan bernapas;
2. dorongan
untuk mengembangkan keturunan (sex drives);
3. dorongan
untuk beristirahat dan bergerak, dan sebagainya.
b. Dorongan
umum dan motif darurat.
Walaupun pada dasarnya motif ini telah
ada sejak lahir, namun bentuk-bentuknya yang sesuai dengan perangsang tertentu
berkembang karena dipelajari. Yang termasuk motif ini diantaranya meliputi:
1. perasaan
takut;
2. dorongan
kasih sayang;
3. dorongan
ingin tahu;
4. dorongan
untuk melarikan diri (escape motive);
5. dorongan
untuk menyerang (combat motive);
6. dorongan
untuk berusaha (effort motive);
7. dorongan
untuk mengejar (pursuit rnotive);
2. Motif Sekunder
Motif
ini seringkali disebut juga motif yang disyaratkan secara social karena manusia
hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia, sehingga motif ini disebut
juga motif social. Motif sekunder (sosiai) ini merupakan motif yang dipelajari
(learned motive), dalam arti motif ini berkembang karena pengalaman.
Dalam
perkembangannya motif ini dipengaruhi oleh tingkat peradaban, adat istiadat,
dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tempat individu itu berada. Yang
termasuk ke dalam golongan ini antara lain:
a. dorongan
untuk belajar ilmu Pengetahuan;
b. dorongan
untuk mengejar suatu kedudukan (status);
c. dorongan
berpresta si (achievement motive);
d. motiif-motif
objektif (eksplorasi, manipulasi dan menaruh minat);
e. dorongan
ingin diterima, dihargai, persetujuan, merasa aman.;
f. dorongan
untuk dikenal, dan sebagainya.
KEDUA,
pengelompokan motif menurut Woodwort dan Marquis. Motif itu dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.
a. Motif
atau kebutuhan organis, seperti: kebutuhan untuk makan minum, bernapas,
seksual, beristirahat dan bergerak.
b. Motif
darurat, seperti: motif untuk menyelamatkan diri, membalas, memburu (mengejar),
berusaha, dan menyerang.
c. Motif
objektif yaitu sebagai berikut.
1. Motif
untuk melakuhan eksplorasi atau motif menyelidiki.
Tujuan
motif ini adalah untuk memperoleh sesuatu kebenaran yang lebih objektif.
2. Motif
manipulasl, yaitu dorongan untuk menggunakan sesuatu dari lingkungan, sehingga
dapat berguna bagi dirinya dalam memelihara kelangsungan hidupnya.
3. Motif
interest (minat) yaitu dorongan untuk memusatkan kegiatan dan perhatian
terhadap suatu objek yang banyak bersangkutan dengan diri individu. Misalnya
yang behubungan dengan olahraga, kesenian dan keterampilan tertentu.
KETIGA,
pengelompokan motif berdasarkan atas jalarannya.
Pengelompokan
ini dapat dibedakan ke dalam dua bagian, yaitu sebagai berikut.
1. Motif
intrinsik,yaitu motif yang tidak usah dirangsang dari luar karena memang dalam
diri individu sendiri telah ada dorongan itu. Misalnya seorang mahasiswa yang
rajin beribadah kepada Allah, bukan karena takut pada orangtua atau malu kepada
teman-temannya, tapi karena niat atau keikhlasan yang telah tumbuh dalam
dirinya. Contoh lain umpamanya, rajin membaca atau rajin belajar, bukan karena
takut dianggap malas, tapi karena hal itu sudah menjadi kebutuhan atau
kegemarannya.
2. Motif
ekstrinsik, yaitu motif yang disebabkan oleh pengaruhrangsangan dari luar.
Misalnya mahasiswa sibuk belajar, karcna diberitahu bahwa seminggu lagi akan
ujian. Contoh lainnya, seorang mahasiswa rajin pergi kuliah, karena pacarnya
kebetulan sekelas dengannya, sehingga dia merasa malu kalau jarang pergi
kuliah.
KEEMPAT,
pengelompokan motif berdasarkan isi atau persangkut-pautannya, yaitu sebagai
berikut.
1. Motif
jasmaniah, seperti: refleks, instink, dan sebagainya.
2. Motif
rohaniah, yaitu kemauan.
KELIMA, mcnurut
Abraham H. Maslow motif-motif itu mempunyai hubungan berjenjang, artinya suatu
motif timbul kalau motif yang mempunyai jenjang yang paling rendah telah
terpenuhi.
Pengelompokan motif dari jenjang yang paling rendah
ke jenjang inggi adalah sebagai berikut.
1. Kebutuhan
biologis (physiological needs).
2. Kebutuhan
rasa aman (safety security needs).
3. Kebutuhan
social/afiliasi (social/affiliation needs).
4. Kebutuhan
akan pemuasan harga diri (sef esteem).
5. Kebutuhan
aktualisasi diri (self actualization).
Pengenalan
jenjang kebutuhan itu merupakan hal yang sangat penting bagi pemahaman sesama
manusia, baik dalam pergaulan perseorang maupun dalam kehidupan bermasyarakat
yang lebih luas.
c. Pengukuran Motif
Motif
bukan merupakan benda yang secara langsung dapat diamati, tetapi merupakan
suatu kekuatan dalam diri individu yang bersifat abstrak. OIeh karena itu,
dalam mengukurnya, yang dapat dilakukan adalah dengan mengidentifikasi beberapa
indikator, yaitu sebagai berikut.
1. Durasi
kegiatannya (berapa lama kemampuan menggunakan untuk melakukan kegiatan).
2. Frekuensi
kegiatannya (sering tidaknya kegiatan itu dilakukan dalam periode waktu
tertentu).
3. Persistensinya
(ketetapan atau kelekatannya) pada tujuan kegiatan yang dilakukan.
4. Devosii
(pengabdian) dan Pengorbanan (uang, tenaga, Pikiran, bahkan jiwanya) untuk
mencapai tujuan.
5. Ketabahan, keuletan dan kemauannya dalam
menghadapi tantangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan.
6. Tingkatan
aspirasinya (maksud, rencana, cita-citanya) yang hendak dicapai dengan
kegiatan.yang dilakukan.
7. Tingkatan
kualifikasi dari prestasi, produk atau output yang dicapai dari kegiatannya
(berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak).
8. Arah
sikapnya terhadap sasaran kegiatannya (like or dislike, positif atau negative).
d.
Beberapa
Usaha Untuk Membangkitkan atau Memperkuat Motif
1. Menciptakan
situasi kompetisi yang sehat. Kompetensi (persaingan) itu baik dengan prestasi
sendiri (self competition) maupun dengan prestasi orang lain (competition with
other).
2. Adakan
pacemaking, yaitu usaha untuk merinci tujuan jangka panjang menjadi beberapa
tujuan jangka pendek.
3. Menginformasikan
tujuan yang jelas, apabila tujuan suatu kegiatan itu sudah jelas dan sesuai
dengan kebutuhan, maka motif individu untuk melakukan kegiatan itu akan
bertambah besar.
4. Memberikan
ganjaran, dalam hal tertentu ganjaran dan hadiah dapat juga diberikan, yaitu
dalam bentuk penghargaan, seperti pemberian pujian, piagam, fasilitas,
kesempatan, promosi, dan sebagainya.
5. Memberi
kesempatan untuk sukses. Keberhasilan suatu kegiatan (sukses) dapat menimbulkan
rasa puas, senang dan percaya diri. Oleh karena itu, agar motif individu tetap
besar maka sebaiknya individu diberi kesempatan untuk sukses, atau diberitahu
tentang keberhasilan (kesuksesan) yang telah diperolehnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Cetakan 1. Bandung: Pustaka Setia.
Suryabrata, Sumadi. 2011. Psikologi
Pendidikan. Cetekan 18. Jakarta: Rajawali Pers.
Suemanto, Wasty. 2003. Psikologi
Pendidikan. Cetakan 4. Jakarta: Rineka Cipta.
Walgito, Bimo. 1980. Pengantar
Psikologi Umum. Cetakan 5. Yogyakarta: C.V Andi Offset
Tidak ada komentar:
Posting Komentar