Cari Blog Ini

Kamis, 24 April 2014

Hukum Psikologis yang Mendasari Aktivitas Manusia



A.    Perhatian
Menurut Walgito (1980:110), perhatian merupakan pemusaran atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukan kepada suatu objek atau sekumpulan objek. Berdasarkan atas penelitian-penelitian menunjukkan bahwa prhatian itu ada bermacam-macam, sesuai dari segi mana perhatian itu akan ditinjau.


Ditinjau dari segi timbulnya perhatian, perhatian dapat dibedakan atas:
a.       Perhatian spontan, yaitu perhatian yang timbul sendirinya, timbul dengan secara spontan.
b.      Perhatian tidak spontan, yaitu perhatian yang ditimbulkan secara sengaja karena itu harus ada kemauan untuk menimbulkannya.

Dilihat dari banyaknya objek yang dapat dicakup oleh perhatian pada suatu waktu, perhatian dapat dibedakan, perhatian yang sempit dan perhatian yang lain yang luas.
a.       Perhatian yang sempit, yaitu perhatian individu pada suatu waktu hanya dapat memperhatikan sedikit objek.
b.      Perhatian yang luas, yaitu perhatian yang pada suatu waktu dapat memperhatikan bannyak objek sekaligus.

Sehubunngan dengan ini perhatian dapat juga dibedakan atas perhatian yang terpusat dan perhatian yang terbagi-bagi.
a.       Perhatian yang terpusat, yaitu individu pada suatu waktu hanya dapat memusatkan perhatiannya pada sesuatu objek.
b.      Perhatian yang terbagi-bagi, yaitu individu yang suatu waktu dapat memperhatikan banyak hal atau objek.

Dilihat dari segi fluktuasi perhatian, maka perhatian dapat dibedakan, perhatian yang statis dan perhatian yang dinamis.
a.       Perhatian yang statis, yaitu individu dalam waktu yang tertentu dapat dengan statis atau tetap perhatiannya tertuju pada objek tertentu.
b.      Perhatian yang dinamis, yaitu individu yang dapat memindahkan perhatiannya secara lincah dari satu objek ke objek lain.

Ada beberapa tes untuk mengetahui macam-macam perhatian tersebut. Ada dua tes, yaitu Bourdon dan tes Krapelin. Keduanya mempunyai tujuan yang sama, hanya bentuknya saja yang berbeda. Tes Bourdon berujud sekumpulan titik-titik yang tertentu jumlahnya, sedangkan tes Krapelin berujud sederetan angka-angka, dan testee digunakan untuk menjumlahkan angka-angka yang berdekatan. Baik dengan tes Bourdon maupun tes Krapelin akan dapat diketahui tentang:
-          Pengaruh gangguan terhadap perhatian
-          Macam perhatian apa yang ada pada individu
-          Ritme individu bekerja
-          Ketelitian individu bekerja

Menurut Suryabrata, (2011:13), ada dua macam definisi perhatian menurut ahli psikologi, yaitu
a.       Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu objek. (lihat stern, 1950, p. 653, dan Bigot, 1950, hlm 163)
b.      Perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan.

Menurut Suryabrata (2011:14), ada tiga macam perhatian sebagai berikut.
a.       Atas dasar intensitasnya
1.      Perhatian intensif
2.      Perhatian tidak intensif
b.      Atas dasar cara timbulnya
-          Perhatian spontan
-          Perhatian sekehendak.
c.       Atas daasar luasnya objek yang dikenai perhatian
-          Perhatian terpencar
-          Perhatian terpusat

Sedangkan menurut Soemanto ( 2003: 34), perhatian adalah cara menggerakkan bentuk umum cara bergaulnya jiwa dengan bahan-bahan dalam medan tingkah laku.


B.     Pengamatan
Menurut Suryabatra (2011:19) dunia pengamatan biasanya dilukiskan menurut aspek pengaturannya, supaya memungkinkan subjek melakukan orientasi. Adapun pengaturan tersebut adalah sebagai berikut.
a.       Pengaturan menurut sudut pandangan ruang. Menurut pandangan ruang ini dunia pengamatan dilukiskan dalam pengertian-pengertian: atas-bawah, kiri-kanan, jauh-dekat, tinggi-rendah, dan sebagainya.
b.      Pengaturan menurut sudut pandang waktu. Dunia pengamatan dilukiskan dengan pengertian-pengertian: masa lampau, masa kini, dan masa yang akan dating dalam berbagai variasinya.
c.       Pengaturan menurut sudut pandang gestalt. Suatu gestalt adalah sesuatu yang merupakan kebulatan dan dapat berdiri sendiri lepas dari yang lain, misalnya rumah, orang,  meja, dan sebagainya.
d.      Pengamatan menurut sudut  pandangan arti. Objek-objek yang diamati kita beri arti atau kita kita amati menurut artinya.

Modalitas pengamatan ialah dibedakan menurt pancaindra yang dipergunakan untuk mengamati, penglihatan, pendengaran, rabaan, penciuman, dan pengecapan.

C.    Tanggapan dan Variasinya
Menurut Bigot (dalam Suryabrata, 2011: 36) tanggapan adalah bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan. Dalam hubungan dengan hal ini maka dapat dikemukakan adanya tiga macam tanggapan, yaitu:
a.       Tanggapan masa lampau atau tanggapan ingatan
b.      Tangggapan masa dating atau tanggapan mengantisipasikan
c.       Tanggapan masa kini atau tanggapan representative (tanggapan mengimajinasikan)

-          Bayangan pengiring adalah bayangan yang muncul kerika kita telah melihat suatu warna. Bayangan pengiring positif adalah bayangan yang tampak ketika kita telah mengamati sesuatu objek lalu objek tersebut akan tampak ketika kemudian kita mengamati objek dinding putih. Bayangan pengiring negative adalah bayangan berbeda yang tampak ketika kita melihat ke dinding putih setelah mengamati suatu objek.
-          Bayangan eidetik

D.    Fantasi
Menurut Suryabrata (2011: 39), fantasi itu didefinisikan sebagai daya untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan yang sudah ada dan tanggapan baru itu tidak harus sesuai dengan benda-benda yang tadi.
Secara garis besar, fantasi digolongkan jadi dua macam,
a.       Fantasi tak disadari
b.      Fantasi disadari
1.      Secara aktif
a.       Fantasi tercipta
b.      Fantasi terpimpin , melihat hasil fantasi orang
2.      Secara pasif
E.     Ingatan
Ada tiga aspek dalam berfungsinya ingatan (dalam Suryabrata, 2011:44), yaitu:
a.       Mencamkan, yaitu menerima kesan-kesan
Menurut terjadinya, dibedakan dua macam:
-          Mencamkan yang selehendak
-          Mencamkan yang tidak sekehendak

Faktor yang mempertinggi atau menambh pencaman
1.      Mneumotechnik atau titian ingatan
2.      Penggolongan secara rythmis
3.      Penggolongan menjadi kumpulan-kumpulan yang berarti
b.      Menyimpan kesan-kesan
c.       Mereproduksikan kesan-kesan
Dalm reproduksi ada dua bentuk, yaitu
a.       Mengingat kembali (recall)
b.      Mengenal kembali (recognition)

F.     Berpikir
Menurut Plato (dalam Suryabrata, 2011:54), berpikir adalah berbicara dalam hati. Sehubungan dengan pendapat Plato ini adalah pendapat yang mengatakan bahwa berpikir adalah akivitas ideasional. Pada pendapat yang terakhir itu dikemukakan dua kenyataan, yaitu:
a.       Bahwa berpikir itu adalah aktivitas, jadi subjek yang berikir aktif
b.      Bahwa aktivitas itu sifatnya ideasional.

Proses berpikir,
a.       Pembentukan pengertian
1.      Menganalisis cirri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis
2.      Membanding-bandingkan cirri-ciri tersebut untuk diketemukan cri-ciri mana yang sama
3.      Mengabstraksikan, menangkap cirri-ciri yang hakiki.
b.      Pembentukan pendapat
Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih.
1.      Pendapat afirmatif yaitu pendapat yang secara tegas menyatakan keadaan sesuatu
2.      Pendapat negtif yaitu pendapat yang menidakka, yang secara tegas menerangkan tidak adanya sifat pada suat hal
3.      Pendapat modalitas atau kebarangklian, menyatakan kemungkinan-kemungkinan
c.       Penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan
1.      Keputusan deduktif,
2.      Keputusan induktif
3.      Keputusan analogis

G.    Perasaan
Menurut suryabrara (2011:66) perasaaan biasanya didefinisikan sebagai gejaa psikis yang bersifat subjektif yang umunya berhubungan dengan gejala-gejala mengnl, dan ilami dalam kualitas senang atau tidk senang dalam berbagai taraf. Perasaan dipengaruhi ole keadaaan dir seseorng.

Macam-macam perasaaan
a.       Perasaaan jasmaniah
1.      Perasaaan-perasaaan indriah
2.      Perasaaan vital
b.      Perasaaan rohaniah
1.      Perasaaan intelektual
2.      Perasaan kesusilaan
3.      Perasaan keindahan
4.      Perasaaan social
5.      Perassaan harga diri
6.      Perasaan keagamaan
                            
H.    Motif
      Menurut Salah satu aspek psikis yang penting diketahui adalah motif karena keberadaannya sangat berperan dalam tingkah laku individu. Pada dasarnya tidak ada tingkah laku yang tanpa motif. Artinya setiap tingkah laku individu itu bermotif. Pendidik perlu memahami motif peserta didik dalam bertingkah laku, agar dapat (a) mengukur motif (seperti belajar dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler) peserta didik; (b) mengembangkan motif peserta didik (peserta didik) yang tepat dalam berbagai aspek kcgiatan yang positif, seperti belajar, bcrgaul dengan orang lain, mendalami nilai-nilai agama; dan (c) mendeteksi alasan atau latar belakang tingkah laku peserta didik, sehingga memudahknn untuk membantu peserta didik memecahkan masalahnya. Sehubungan dengan hal itu, pada paparan berikut diuraikan tentang pengertian, pengclompokan, pengukuran, dan pengembangan motif.

a.      Pengertian Motif
1.      Sartain mengartikan motif sebagai "A complex state within an organism that directs behavior toward a goal or incentive.”(Suatu kcadaan yang komplek dalam organisme [individu] yang mcngarahkan perilakunya kepada satu tujuan atau insentif).
2.      LP. Chaplin mengemukakan, bahwa motif itu adalah "A state of tension within the in which arouses, maintains and direct behavior toward a goal."(Satu kekuatan dalam diri individu yang mclahirkan, memelihara dan mengarahkan perilaku kepada suatu tujuan).
3.      Sigmund Freud berpendapat bahwa motif merupakan energi dasar (instink) yang mendorong tingkah laku individu. Instink lni oleh Sigmund Freud dibagi dua, yaitu sebagai berikut.
a.       Instink kehidupan atau instink seksual atau libido, yaitu dorongan untuk mempertahankan hidup dan mengembangkan keturunan.
b.      Instink yang mendorong perbuatan-perbuatan agresif atau yang menjurus kepada kematian.
4.      Abin Syamsudin Makmun mengartikan motif sebagai "suatu keadaan yang kompleks (a complex state) dan kesiapsediaan (preparatory set) dalam diri individu (organisme) untuk bergerak (to move, motion, motive) ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari. Dari pengertian tersebut, dapat dipcroleh gambaran bahwa setiap kegiatan (aktivitas individu selalu ada kekuatan yang mendorongnya dan selalu mengarah kepada suatu tujuan. Kekuatan yang mendorong dan mengarahkan perilaku itu disebut motif. Sebenarnya ada istilah lain yang mempunyai pengertian yang hampir bersamaan dengan motif yaitu drives dan needs.
Untuk melihat perbedaan antara ketiga istilah tersebut Moh. Eurya dan Nana Syaodih Sukmadinata memberikan penjelesannnya sebagai bcrikut:
Drives terutama digunakan untuk dorongan-dorongan dasar atau kebutuhan dasar seperti: makan, minum, perlindungan seks, dan lain-lain. Needs digunakan dalam pengertian bila pada individu adanya satu kekurangan. Sedangkan motive (motif) dipergunakan untuk dorongan-dorongan selain yang termasuk drives dan needs.

Meskipun ketiga istilah itu dapat dibedakan, tapi dalam aktivitas individu tidak dapat dipisahkan karena ketiganya merupakan satu kesatuan yang melahirkan perilaku individual.
Bahkan dalam banyak pembahasan ketiga istilah tersebut dipergunakan dalam pengertian yang sama untuk menjelaskan hubungan ketiga istilah tersebut dalam suatu perilaku individu, Sarlito Wirawan Sarwono menggambarkannya sebagai berikut: suatu perbuatan dimulai dengan ketidakseimbangan dalam diri individu, misalnya lapar atau takut. Keadaan ketidakseimbangan ini tidak menyenangkan bagi individu yang bersangkutan, sehingga timbul kebutuhan untuk meniadakan ketidakseimbangan itu, misalnya mencari makanan atau perlindungan. Kebutuhan inilah yang akan menimbulkan dorongan atau motif untuk berbuat sesuatu. Setelah perbuatan itu dilakukan maka terciptalah keadaan seimbang dalam diri individu, dan timbul perasaan puas, gembira, aman dan sebagainya. Kecenderungan untuk mengusahakan keseimbangan dalam diri menusia disebut prinsip homeostatis.

b. Pengelornpokan Motif
Ada beberapa macam pengelompokan yang dikemukakan oleh para ahli. Meskipun penamaannya tampak berbeda, namun isinya mempunyai banyak kesamaan antara satu sama lainnya. Pengelompokan itu di antaranya sebagai berikut.

PERTAMA, pengelompokan motif primer dan sekunder.
1) Motif Primer
Motif primer disebut juga motif dasar (basic motive) atau biological drives (karena berasal dari kebutuhan-kebutuhan biologis). Motif ini menunjukkan kepada motif yang tidak dipelajari (unlearned motive). Dengan kata lain motif ini bersifat naluriah (instink). Motif meliputi:
a.          Dorongan fisiologis (physiological drive), motif ini bersumber pada kebutuhan organis (organic needs) yang meliputi:
1.      dorongan untuk makan, minum, dan bernapas;
2.      dorongan untuk mengembangkan keturunan (sex drives);
3.      dorongan untuk beristirahat dan bergerak, dan sebagainya.
b.      Dorongan umum dan motif darurat.
Walaupun pada dasarnya motif ini telah ada sejak lahir, namun bentuk-bentuknya yang sesuai dengan perangsang tertentu berkembang karena dipelajari. Yang termasuk motif ini diantaranya meliputi:
1.      perasaan takut;
2.      dorongan kasih sayang;
3.      dorongan ingin tahu;
4.      dorongan untuk melarikan diri (escape motive);
5.      dorongan untuk menyerang (combat motive);
6.      dorongan untuk berusaha (effort motive);
7.      dorongan untuk mengejar (pursuit rnotive);

2.      Motif Sekunder
Motif ini seringkali disebut juga motif yang disyaratkan secara social karena manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia, sehingga motif ini disebut juga motif social. Motif sekunder (sosiai) ini merupakan motif yang dipelajari (learned motive), dalam arti motif ini berkembang karena pengalaman.
Dalam perkembangannya motif ini dipengaruhi oleh tingkat peradaban, adat istiadat, dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tempat individu itu berada. Yang termasuk ke dalam golongan ini antara lain:
a.       dorongan untuk belajar ilmu Pengetahuan;
b.      dorongan untuk mengejar suatu kedudukan (status);
c.       dorongan berpresta si (achievement motive);
d.      motiif-motif objektif (eksplorasi, manipulasi dan menaruh minat);
e.       dorongan ingin diterima, dihargai, persetujuan, merasa aman.;
f.       dorongan untuk dikenal, dan sebagainya.

KEDUA, pengelompokan motif menurut Woodwort dan Marquis. Motif itu dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.
a.       Motif atau kebutuhan organis, seperti: kebutuhan untuk makan minum, bernapas, seksual, beristirahat dan bergerak.
b.      Motif darurat, seperti: motif untuk menyelamatkan diri, membalas, memburu (mengejar), berusaha, dan menyerang.
c.       Motif objektif yaitu sebagai berikut.
1.      Motif untuk melakuhan eksplorasi atau motif menyelidiki.
Tujuan motif ini adalah untuk memperoleh sesuatu kebenaran yang lebih objektif.
2.      Motif manipulasl, yaitu dorongan untuk menggunakan sesuatu dari lingkungan, sehingga dapat berguna bagi dirinya dalam memelihara kelangsungan hidupnya.
3.      Motif interest (minat) yaitu dorongan untuk memusatkan kegiatan dan perhatian terhadap suatu objek yang banyak bersangkutan dengan diri individu. Misalnya yang behubungan dengan olahraga, kesenian dan keterampilan tertentu.

KETIGA, pengelompokan motif berdasarkan atas jalarannya.
Pengelompokan ini dapat dibedakan ke dalam dua bagian, yaitu sebagai berikut.
1.      Motif intrinsik,yaitu motif yang tidak usah dirangsang dari luar karena memang dalam diri individu sendiri telah ada dorongan itu. Misalnya seorang mahasiswa yang rajin beribadah kepada Allah, bukan karena takut pada orangtua atau malu kepada teman-temannya, tapi karena niat atau keikhlasan yang telah tumbuh dalam dirinya. Contoh lain umpamanya, rajin membaca atau rajin belajar, bukan karena takut dianggap malas, tapi karena hal itu sudah menjadi kebutuhan atau kegemarannya.
2.      Motif ekstrinsik, yaitu motif yang disebabkan oleh pengaruhrangsangan dari luar. Misalnya mahasiswa sibuk belajar, karcna diberitahu bahwa seminggu lagi akan ujian. Contoh lainnya, seorang mahasiswa rajin pergi kuliah, karena pacarnya kebetulan sekelas dengannya, sehingga dia merasa malu kalau jarang pergi kuliah.

KEEMPAT, pengelompokan motif berdasarkan isi atau persangkut-pautannya, yaitu sebagai berikut.
1.      Motif jasmaniah, seperti: refleks, instink, dan sebagainya.
2.      Motif rohaniah, yaitu kemauan.

KELIMA, mcnurut Abraham H. Maslow motif-motif itu mempunyai hubungan berjenjang, artinya suatu motif timbul kalau motif yang mempunyai jenjang yang paling rendah telah terpenuhi.
Pengelompokan motif dari jenjang yang paling rendah ke jenjang inggi adalah sebagai berikut.
1.      Kebutuhan biologis (physiological needs).
2.      Kebutuhan rasa aman (safety security needs).
3.      Kebutuhan social/afiliasi (social/affiliation needs).
4.      Kebutuhan akan pemuasan harga diri (sef esteem).
5.      Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization).

Pengenalan jenjang kebutuhan itu merupakan hal yang sangat penting bagi pemahaman sesama manusia, baik dalam pergaulan perseorang maupun dalam kehidupan bermasyarakat yang lebih luas.

c.       Pengukuran Motif
Motif bukan merupakan benda yang secara langsung dapat diamati, tetapi merupakan suatu kekuatan dalam diri individu yang bersifat abstrak. OIeh karena itu, dalam mengukurnya, yang dapat dilakukan adalah dengan mengidentifikasi beberapa indikator, yaitu sebagai berikut.
1.   Durasi kegiatannya (berapa lama kemampuan menggunakan untuk melakukan kegiatan).
2.   Frekuensi kegiatannya (sering tidaknya kegiatan itu dilakukan dalam periode waktu tertentu).
3.   Persistensinya (ketetapan atau kelekatannya) pada tujuan kegiatan yang dilakukan.
4.   Devosii (pengabdian) dan Pengorbanan (uang, tenaga, Pikiran, bahkan jiwanya) untuk mencapai tujuan.
5.    Ketabahan, keuletan dan kemauannya dalam menghadapi tantangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan.
6.   Tingkatan aspirasinya (maksud, rencana, cita-citanya) yang hendak dicapai dengan kegiatan.yang dilakukan.
7.   Tingkatan kualifikasi dari prestasi, produk atau output yang dicapai dari kegiatannya (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak).
8.   Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatannya (like or dislike, positif atau negative).

d.                  Beberapa Usaha Untuk Membangkitkan atau Memperkuat Motif
1.      Menciptakan situasi kompetisi yang sehat. Kompetensi (persaingan) itu baik dengan prestasi sendiri (self competition) maupun dengan prestasi orang lain (competition with other).
2.      Adakan pacemaking, yaitu usaha untuk merinci tujuan jangka panjang menjadi beberapa tujuan jangka pendek.
3.      Menginformasikan tujuan yang jelas, apabila tujuan suatu kegiatan itu sudah jelas dan sesuai dengan kebutuhan, maka motif individu untuk melakukan kegiatan itu akan bertambah besar.
4.      Memberikan ganjaran, dalam hal tertentu ganjaran dan hadiah dapat juga diberikan, yaitu dalam bentuk penghargaan, seperti pemberian pujian, piagam, fasilitas, kesempatan, promosi, dan sebagainya.
5.      Memberi kesempatan untuk sukses. Keberhasilan suatu kegiatan (sukses) dapat menimbulkan rasa puas, senang dan percaya diri. Oleh karena itu, agar motif individu tetap besar maka sebaiknya individu diberi kesempatan untuk sukses, atau diberitahu tentang keberhasilan (kesuksesan) yang telah diperolehnya.







DAFTAR PUSTAKA

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Cetakan 1. Bandung: Pustaka Setia.
Suryabrata, Sumadi. 2011. Psikologi Pendidikan. Cetekan 18. Jakarta: Rajawali Pers.
Suemanto, Wasty. 2003. Psikologi Pendidikan. Cetakan 4. Jakarta: Rineka Cipta.
Walgito, Bimo. 1980. Pengantar Psikologi Umum. Cetakan 5. Yogyakarta: C.V Andi Offset

Tidak ada komentar:

Posting Komentar