I.
MEMAHAMI MAKNA ISLAM
أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ
وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ
يُرْجَعُونَ
“Maka
apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah
berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun
terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan” (QS. 3: 83)
مُبِينٌ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي
السِّلْمِ كَافَّةً وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ
عَدُوٌّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
“Hai orang-orang yang
beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu
turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu”
(Al Baqarah ayat 208)
Islam menurut Bahasa dibagi menjadi
6 bagian :
Menundukkan Wajah (Aslamul wajhi)
Tercantum dalam QS Annisa : 125
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ
أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ
حَنِيفًا وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلا
Maknanya kita harus senantiasa
menundukkan wajah kita kepada Allah, mengakui bahwa memang hanya Allah saja
yang patut kita tunduk, kita taati. Ketika kita berbicara syahadatain atau
persaksian kita ketika dalam kandungan itu mengandung tiga pengertian (yaitu :
saya berjanji, saya bersaksi, saya tunduk. Tunduk, malu, dan patuh, kepada
Allah, begitulah Islam.
Berserah diri (Al Istislam)
Dalam Al-Qur’an Surat Al BAqaroh
Ayat 131
إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ
قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
Makna Dari Berserah Diri ini adalah
sebuah sikap tawakal, kepasrahan. Tawakal adalah bersikap ikhlas, pasrah, yang
disertai dengan ikhtiar, tidak menolak menerima takdir. Menerima qada dan qadar
adalah salah satu ciri orang-orang yang beriman.
Suci Bersih (As Saliim)
Terdapat Dalam Al-qur’an Surat
As-Syu’ara : 89
إِلا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ
سَلِيمٍ
Makna dari Suci Bersih ini bahwa
Islam mengajarkan kebersihan.
Selamat
dan Sejahtera (10 :10),
Islam adalah penuntun yang membawa
para pengikutnya agar selamat dunia akhirat, membawa kesejahteraan dunia dan
akhirat pula, Islam memberikan tuntunan yang jelas dalam menjalani hidup ini
yaitu dengan pedoman yang bersumber dari Al Qur`an dan hadist.
Perdamaian (As Silmu) 47 : 35, 8 : 61,
Islam mencintai perdamaian, Islam
mengajarkan bagaimana semestinya kita menjalin hubungan bermasyarakat antara
yang Islam dengan non muslim, tidak sepatutnya kita memusuhi non muslim, justru
kita harus memberikan suatu sikap atau contoh terbaik dihadapan mereka. Ini
berarti selain kita memenuhi hak-hak Allah, kita juga harus memenuhi hak-hak
manusia.
Bertahap
(As-Sullam)
Semua wahyu yang Allah turunkan
memang bertahap, kalau tidak salah 22 tahun, 2 bulan, 22 hari (mohon dikoreksi
saya lupa). Bertahap sesuai dengan kejadian atau peristiwa tertentu semuanay
sebagai jawaban dari Allah.
II.
KARAKTERISTIK ISLAM
·
Rabbaniyah, artinya semua orientasi
atau aktivitas karena Allah.
·
Syumulliyah, individu, hingga
negara, dan berbagai aspek kehidupan.
·
Insaniyya, sesuai dengan hajat
manusia.
·
Tsabat dan tathawwur, permanen dan
tumbuh.
·
Tawadzun, keseimbangan
·
Waqi`iyyah, sesuai dengan relaitas
kehidupan.
·
Ijabiyyah, sikap positif dalam
menjalankan Islam.
Nabi saw, bersabda : “Islam dibangun
atas lima perkara, mengesakan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, puasa
ramadhan dan menunaikan haji . HR. Bukhari Muslim.”
III. ISLAM SEBAGAI PEDOMAN
HIDUP
Islam memberikan
konsepsi yang lengkap dan sempurna tentang seluruh aspek kehidupan (minhajul
hayah) dengan konsepsi yang benar.
1. Keyakinan (
al-i’tiqodi)
2. Akhlak (al-akhlaqi)
3. Tingkah laku
(as-suluki)
4. Perasaan
(asy-syu’uri)
5. Pendidikan
(at-tarbawi)
6. Sosial (Al-ijtima’i)
7. Politik (as-siyasi)
8. Ekonomi
(al-istishadi)
9. Militer (al-’askari)
10.Peradilan (al-jina-i)
1.
Keyakinan ( al-i’tiqodi)
QS Al-Baqarah ayat 255 “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak
mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada
yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui
apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak
mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi
Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya,
dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.” yakni keyakinan tentang Tuhan, nama dan
sifatnya; kekuasaan wewenang dan hak-hakNya; pengawasan-Nya, pembalasan-Nya di
dunia dan di akhirat; tentang nabi dan Rasul; tentang alam ghaib, malaikat,
jin, iblis, setan, kehidupan sesudah mati; alam barzah; kebangkitan; hisab,
surga, neraka dan hal-halghaib lainnya. semua dijelaskan tuntas dalam aqidah
Islamiyah.
2.
Akhlak (al-akhlaqi)
QS Al A’raaf ayat 96 “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya”.
QS Ar Ra’d ayat 28“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram”. Yakni sikap moral manusia terhadap Allah, dirinya,
sesama manusia dan alam semesta. Aqidah islamiyah akan membentuk kesadaran
untuk sealu berbuat yang terbaik dan menghindari yang buruk”.
“Sesungguhnya aku hanyalah diutus
untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.” (Hadist)
3. Tingkah laku (as-suluki)
QS Surat Al-Baqarah ayat 138 “Shibghah Allah*). dan siapakah yang lebih
baik shibghahnya dari pada Allah? dan Hanya kepada-Nya-lah kami menyembah”.*)
Shibghah artinya celupan. Shibghah Allah: celupan Allah yang berarti iman
kepada Allah yang tidak disertai dengan kemusyrikan. Yakni tindakan
psikomotorik yang bersumber dari aqidah dan akhlak-Nya. Sistem Islam
mengarahkan agar budaya perilaku manusia menjadi mulia dan terhormat.
4. Perasaan (asy-syu’uri)
QS Ar Ruum ayat 30 “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui” fitrah Allah: maksudnya ciptaan Allah.
manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau
ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak
beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan. QS Asy Syu’araa’Surat
26 ayat 192 – 195 yaitu “192. Dan Sesungguhnya Al Quran Ini benar-benar
diturunkan oleh Tuhan semesta Alam, 193. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin
(Jibril),194. Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di
antara orang-orang yang memberi peringatan, 195. Dengan bahasa Arab yang
jelas.” Yakni perilaku jiwa dalam merespon segala sesuatu. Perasaan
sangat dipengaruhi oleh aqidah dan akhlak. Islam secara sempurna menyentuh
aspek ini sehingga melahirkan generasi yang lembut, sensitif, tegas dan welas
asih sesuai konteks yang melatarbelakangi.
5. Pendidikan (at-tarbawi)
QS Al-Baqarah surat ke 2 ayat 151 “ Sebagaimana (Kami Telah menyempurnakan
nikmat kami kepadamu) kami Telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang
membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan
kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum
kamu ketahui”.
QS Ali ‘Imran surat ke 3 ayat 164.
“Sungguh Allah Telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika
Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan
mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum
(kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
QS surat Al Jumu’ah ayat 2. “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta
huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada
mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah).
dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata:”
“Allah meninggikan derajat kepada
orang-orang yang beriman dan berilmu.” (Q.S Al mujadalah, 11).
Islam sebagai pedoman hisup harus dipahami dengan baik dan diwariskan
pemahamannya kepada generasi penerus agar mereka tidak sesat, prosestersebut
hany berhasil melalui pendidikan yang Islami.
6. Sosial (Al-ijtima’i)
”wahai manusia sesungguhnya Kami
telah menciptakan kamu dari jenis laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. ” (Al Hujarat :
13)
Surat An Nur surat ke 24 ayat 2-10 yaitu “
2.
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina,
Maka deralah tiap-tiap
seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah,
dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan orang-orang yang beriman.
3. Laki-laki yang
berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang
musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki
yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas
oran-orang yang mukmin[1028]
4. Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita
yang baik-baik[1029] (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang
saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan
janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah
orang-orang yang fasik.
5. Kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu
dan memperbaiki (dirinya), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
6. Dan orang-orang yang menuduh isterinya
(berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka
sendiri, Maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama
Allah, Sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar.
7. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa la’nat Allah
atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta[1030].
8. Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh
sumpahnya empat kali atas nama Allah Sesungguhnya suaminya itu benar-benar
termasuk orang-orang yang dusta.
9. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah
atasnya jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar.
10. Dan Andaikata tidak
ada kurnia Allah dan rahmat-Nya atas dirimu dan (andaikata) Allah bukan
Penerima Taubat lagi Maha Bijaksana, (niscaya kamu akan mengalami
kesulitan-kesulitan).”[1028]
maksud ayat Ini ialah: tidak pantas orang yang beriman kawin dengan yang
berzina, demikian pula sebaliknya.[1029] yang dimaksud wanita-wanita yang baik
disini adalah wanita-wanita yang suci, akil balig dan muslimah.[1030] maksud
ayat 6 dan 7: orang yang menuduh Istrinya berbuat zina dengan tidak mengajukan
empat orang saksi, haruslah bersumpah dengan nama Allah empat kali, bahwa dia
adalah benar dalam tuduhannya itu. Kemudian dia bersumpah sekali lagi bahwa dia
akan kena laknat Allah jika dia berdusta. Masalah Ini dalam fiqih dikenal
dengan Li’an.
Interaksi sosial manusia tidak lepas dari sentuhan Islam. Islam mengatur
sedemikian sehingga tercipta hubungan sosial yang harmonis, penuh kasih sayang
dan bebas dari permusuhan.
7. Politik (as-siyasi)
Dan kami Telah turunkan
kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya,
yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap
kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang
Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat
diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak
menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya
kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu.” (Al-Maidah:48)
Sebagai khalifah Allah
di bumi, kita tidak akan lepas dari masalah politik, baik sebagai subyek maupun
obyek. Dengan Islam Allah mengatur bagaimana seharusnya politik dan
berpolitikitu.
Tarbiyah siyasiah yang bermakna pendidikan atau pembinaan politik adalah
sangat urgent dipahami oleh setiap muslim. Karena pemahaman politik yang
sejatinya, tidak sama dengan pemahaman selama ini dalam ilmu politik secara
umum, yaitu berpolitik yang hanya dimaksudkan untuk memperoleh dan
mempertahankan kekuasaan. Akan tetapi kita berpartisipasi dalam politik untuk
menegakkan nilai-nilai kebenaran ilahiah dan memperjuangkan kepentingan
masyarakat. Berkuasa untuk melayani umat, dan memimpin untuk memperbaiki sistem
yang tidak berpihak kepada nilai-nilai kebaikan dan kebenaran.
Oleh karenanya, seluruh aktivitas yang berkaitan dengan gerakan berpartai
dan berpolitik, disebut dengan “Jihad Siyasi” (Perjuangan Politik). Dalam
bahasa Imam Hasan Al-Banna, perjuangan ini dikatagorikan dalam marhalah “rukun
amal” yang disebut “Ishlahul Hukumah” (Perbaikan Pemerintahan).
Keberhasilan dan kesuksesan berpolitik atau jihad siyasi harus berimpact
kepada dimensi kehidupan yang lain. Harus berimpact kepada dunia pendidikan dan
dakwah. Yang berujung kepada pencerdasan anak bangsa dan pencetakan generasi
rabbani. Harus berimpact kepada dunia ekonomi dan sosial budaya. Yang berakhir
kepada pemeliharaan aset-aset negara dan pendayagunaan kepada masyarakat yang
lebih luas. Begitu juga mampu memelihara identitas atau jati diri bangsa yang
bertumpu pada pondasi spirituil dalam aspek sosial budaya.
Seruan dan anjuran kepada umat Islam untuk kembali ke barak atau ke dunia
dakwah saja dengan pemahaman yang sempit, karena alasan bahwa dunia politik
adalah dunia “rawan dan beranjau”, dunia yang sarat dengan kebohongan, ketidak
jujuran, khianat, gunjing-menggunjing, halal menjadi haram, haram menjadi
halal, atau menyetujui demokrasi yang merupakan produk Barat, adalah sebuah
seruan kemunduran dalam berdakwah. Bukankah seruan ini seperti orang yang
mengatakan dulu: “Islam Yes, Politik No”. Sebuah adigium yang dulu merupakan
musuh bersama umat Islam dan da’i yang mengajak kembali manusia kepada Islam
secara kaffah atau komprehensif.
Dan bila ada sebagian kader yang tergelincir dan terjerumus dalam permainan
sistem yang destruktif negatif, maka tugas umat, organisasi massa Islam atau
organisasi politik Islam untuk menyiapkan sarana dan prasarana agar setiap yang
terjun ke dunia politik tetap istiqamah dalam menjalankan amanah yang
dibebankan kepadanya dan tetap menjaga integritas diri.
Baina Ad-Dakwah Was Siyasah
Apakah ada pertentangan antara dakwah dan siyasah atau politik?. Jawaban
pertanyaan ini akan menyelesaikan kerisauan dan kegamangan kita dalam melakukan
kerja-kerja dakwah selanjutnya yang bersinggungan dengan dunia politik dan
langkah meraih kemenangan “Jihad Siyasi” dalam perhelatan pemilihan wakil-wakil
rakyat dan pemimpin negeri ini.
Ayat di atas dan pengertian Islam yang didefinisikan oleh Imam Hasan
Al-Banna di bawah ini adalah dalil yang
menunjukkan tentang titik temunya amal da’awi dan amal siyasi dalam bingkai
keislaman. Jadi tidak ada samasekali pertentangan antara dunia Dakwah dengan
dunia Politik.
Coba kita renungkan pernyataan Beliau dalam “Risalatut Ta’lim”:
“Islam adalah nidzam
(aturan) komprehensif yang memuat seluruh dimensi kehidupan. Ia adalah daulah
dan tanah air atau pemerintahan dan ummat, ia adalah akhlak dan kekuatan atau
rahmat dan keadilan. Ia adalah tsaqafah (wawasan) dan qanun
(perundang-undangan) atau keilmuan dan peradilan, ia adalah materi dan
kesejahteraan atau profesi dan kekayaan. Ia adalah jihad dan dakwah atau
militer dan fikrah, sebagaimana ia adalah aqidah yang benar dan ibadah
yang shahih ( benar).”
Dakwah yang bertujuan menyeru manusia untuk kembali kepada nilai-nilai
Islam secara komprehensif bisa dilakukan oleh kader di manapun ia berada dan
apapun profesinya. Apakah ia seorang ekonom, pengusaha, pendidik, teknokrat,
birokrat, petani, buruh, politikus (aleg) dan eksekutif (menetri) bahkan
seorang presiden sekalipun. Jadi dakwah bukan suatu yang antagonis dengan
dunia politik, akan tetapi dunia politik merupakan salah satu lahan dakwah.
8. Ekonomi
(al-istishadi)
“Barang siapa yang meminjamkan sesuatu
hendaklah ia melakukannya dengan takaran, timbangan, dan jangka waktu yang
pasti.” (HR. Bukhari Muslim)
Untuk menunaikan tugas-tugas dan agar bisa bertahan hidup, manusia
melakukan kegiatan ekonomi. Islam mengatur agar kegiatan ekonomi itu bukan untuk
memenuhi kesengangan sesaat, namun menyiapkan kebahagiaan sejati di dunia
dan di akhirat nanti.
9. Militer (al-’askari)
Dalam rangka menegakkan kebenaran,
melindungi yang lemah, dan melindungi negara dari ancaman musuh-musuh, Islam
berbicara dan mengatur tentang kemiliteran. Perintah berjihad, berperang,
bertempur, merupakan bagian dari firman Allah untuk menjaga agar nilai Islam
tegak dan kukuh di tengah masyarakat. (Al Anfaal : 60)
Manusia perlu menyiapkan
kekuatan untuk memperoleh dan mempertahankan eksistensinya
10 Peradilan (al-jina-i)
Islam adalah agama yang sangat
menjunjung tinggi hukum dan peradilan. Apakh hukum jahiliyah yang mereka
kehendaki dan hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi
orang-orng yang yakin. (Al Maidah : 50).
Manusia diberi hak
membuat aplikasi hukum dan perundang-undangan, baik perdata maupun pidana
Referensi:
diringkas dari blog Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan
(Adi Supriadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar