Cari Blog Ini

Kamis, 24 April 2014

Islam Way of Life


I.    MEMAHAMI MAKNA ISLAM


أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ

Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan” (QS. 3: 83)

مُبِينٌ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu”
(Al Baqarah ayat 208)

Islam menurut Bahasa dibagi menjadi 6 bagian :

Menundukkan Wajah (Aslamul wajhi)

Tercantum dalam QS Annisa : 125

وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلا

Maknanya kita harus senantiasa menundukkan wajah kita kepada Allah, mengakui bahwa memang hanya Allah saja yang patut kita tunduk, kita taati. Ketika kita berbicara syahadatain atau persaksian kita ketika dalam kandungan itu mengandung tiga pengertian (yaitu : saya berjanji, saya bersaksi, saya tunduk. Tunduk, malu, dan patuh, kepada Allah, begitulah Islam.

Berserah diri (Al Istislam)

Dalam Al-Qur’an Surat Al BAqaroh Ayat 131

إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ

Makna Dari Berserah Diri ini adalah sebuah sikap tawakal, kepasrahan. Tawakal adalah bersikap ikhlas, pasrah, yang disertai dengan ikhtiar, tidak menolak menerima takdir. Menerima qada dan qadar adalah salah satu ciri orang-orang yang beriman.

Suci Bersih (As Saliim)

Terdapat Dalam Al-qur’an Surat As-Syu’ara : 89

إِلا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

Makna dari Suci Bersih ini bahwa Islam mengajarkan kebersihan.


Selamat dan Sejahtera (10 :10),

Islam adalah penuntun yang membawa para pengikutnya agar selamat dunia akhirat, membawa kesejahteraan dunia dan akhirat pula, Islam memberikan tuntunan yang jelas dalam menjalani hidup ini yaitu dengan pedoman yang bersumber dari Al Qur`an dan hadist.

Perdamaian (As Silmu) 47 : 35, 8 : 61,

Islam mencintai perdamaian, Islam mengajarkan bagaimana semestinya kita menjalin hubungan bermasyarakat antara yang Islam dengan non muslim, tidak sepatutnya kita memusuhi non muslim, justru kita harus memberikan suatu sikap atau contoh terbaik dihadapan mereka. Ini berarti selain kita memenuhi hak-hak Allah, kita juga harus memenuhi hak-hak manusia.

Bertahap (As-Sullam)

Semua wahyu yang Allah turunkan memang bertahap, kalau tidak salah 22 tahun, 2 bulan, 22 hari (mohon dikoreksi saya lupa). Bertahap sesuai dengan kejadian atau peristiwa tertentu semuanay sebagai jawaban dari Allah.


II.    KARAKTERISTIK ISLAM

·         Rabbaniyah, artinya semua orientasi atau aktivitas karena Allah.
·         Syumulliyah, individu, hingga negara, dan berbagai aspek kehidupan.
·         Insaniyya, sesuai dengan hajat manusia.
·         Tsabat dan tathawwur, permanen dan tumbuh.
·         Tawadzun, keseimbangan
·         Waqi`iyyah, sesuai dengan relaitas kehidupan.
·         Ijabiyyah, sikap positif dalam menjalankan Islam.

Nabi saw, bersabda : “Islam dibangun atas lima perkara, mengesakan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, puasa ramadhan dan menunaikan haji . HR. Bukhari Muslim.”


III. ISLAM SEBAGAI PEDOMAN HIDUP

Islam memberikan konsepsi yang lengkap dan sempurna tentang seluruh aspek kehidupan (minhajul hayah) dengan konsepsi yang benar.

1. Keyakinan ( al-i’tiqodi)
2. Akhlak (al-akhlaqi)
3. Tingkah laku (as-suluki)
4. Perasaan (asy-syu’uri)
5. Pendidikan (at-tarbawi)
6. Sosial (Al-ijtima’i)
7. Politik (as-siyasi)
8. Ekonomi (al-istishadi)
9. Militer (al-’askari)
10.Peradilan (al-jina-i)


1.      Keyakinan ( al-i’tiqodi)

QS Al-Baqarah ayat 255 “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.” yakni keyakinan tentang Tuhan, nama dan sifatnya; kekuasaan wewenang dan hak-hakNya; pengawasan-Nya, pembalasan-Nya di dunia dan di akhirat; tentang nabi dan Rasul; tentang alam ghaib, malaikat, jin, iblis, setan, kehidupan sesudah mati; alam barzah; kebangkitan; hisab, surga, neraka dan hal-halghaib lainnya. semua dijelaskan tuntas dalam aqidah Islamiyah.

2.      Akhlak (al-akhlaqi)

QS Al A’raaf ayat 96 “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.

QS Ar Ra’d ayat 28“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. Yakni sikap moral manusia terhadap Allah, dirinya, sesama manusia dan alam semesta. Aqidah islamiyah akan membentuk kesadaran untuk sealu berbuat yang terbaik dan menghindari yang buruk”.

“Sesungguhnya aku hanyalah diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.” (Hadist)


3.   Tingkah laku (as-suluki)

QS Surat Al-Baqarah ayat 138 “Shibghah Allah*). dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? dan Hanya kepada-Nya-lah kami menyembah”.*) Shibghah artinya celupan. Shibghah Allah: celupan Allah yang berarti iman kepada Allah yang tidak disertai dengan kemusyrikan. Yakni tindakan psikomotorik yang bersumber dari aqidah dan akhlak-Nya. Sistem Islam mengarahkan agar budaya perilaku manusia menjadi mulia dan terhormat.

4. Perasaan (asy-syu’uri)

QS Ar Ruum ayat 30 “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” fitrah Allah: maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan. QS Asy Syu’araa’Surat 26  ayat 192 – 195 yaitu “192. Dan Sesungguhnya Al Quran Ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta Alam, 193. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),194. Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, 195. Dengan bahasa Arab yang jelas.”  Yakni perilaku jiwa dalam merespon segala sesuatu. Perasaan sangat dipengaruhi oleh aqidah dan akhlak. Islam secara sempurna menyentuh aspek ini sehingga melahirkan generasi yang lembut, sensitif, tegas dan welas asih sesuai konteks yang melatarbelakangi.

5. Pendidikan (at-tarbawi)

QS Al-Baqarah surat ke 2 ayat 151 “ Sebagaimana (Kami Telah menyempurnakan nikmat kami kepadamu) kami Telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”.

 QS Ali ‘Imran surat ke 3 ayat 164. “Sungguh Allah Telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”

QS surat Al Jumu’ah ayat 2. “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata:”

“Allah meninggikan derajat kepada orang-orang yang beriman dan berilmu.” (Q.S Al mujadalah, 11).

Islam sebagai pedoman hisup harus dipahami dengan baik dan diwariskan pemahamannya kepada generasi penerus agar mereka tidak sesat, prosestersebut hany berhasil melalui pendidikan yang Islami.

6. Sosial (Al-ijtima’i)

”wahai manusia sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari jenis laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. ” (Al Hujarat : 13)

Surat An Nur surat ke 24 ayat 2-10 yaitu “
2.      Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina,
Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.
3. Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin[1028]
4.   Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik[1029] (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik.
5.   Kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
6.   Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, Maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, Sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar.
7.   Dan (sumpah) yang kelima: bahwa la’nat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta[1030].
8.   Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah Sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta.
9.   Dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar.
10. Dan Andaikata tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya atas dirimu dan (andaikata) Allah bukan Penerima Taubat lagi Maha Bijaksana, (niscaya kamu akan mengalami kesulitan-kesulitan).”[1028]

maksud ayat Ini ialah: tidak pantas orang yang beriman kawin dengan yang berzina, demikian pula sebaliknya.[1029] yang dimaksud wanita-wanita yang baik disini adalah wanita-wanita yang suci, akil balig dan muslimah.[1030] maksud ayat 6 dan 7: orang yang menuduh Istrinya berbuat zina dengan tidak mengajukan empat orang saksi, haruslah bersumpah dengan nama Allah empat kali, bahwa dia adalah benar dalam tuduhannya itu. Kemudian dia bersumpah sekali lagi bahwa dia akan kena laknat Allah jika dia berdusta. Masalah Ini dalam fiqih dikenal dengan Li’an.

Interaksi sosial manusia tidak lepas dari sentuhan Islam. Islam mengatur sedemikian sehingga tercipta hubungan sosial yang harmonis, penuh kasih sayang dan bebas dari permusuhan.

7. Politik (as-siyasi)

Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu.” (Al-Maidah:48)

Sebagai khalifah Allah di bumi, kita tidak akan lepas dari masalah politik, baik sebagai subyek maupun obyek. Dengan Islam Allah mengatur bagaimana seharusnya politik dan berpolitikitu.
Tarbiyah siyasiah yang bermakna pendidikan atau pembinaan politik adalah sangat urgent dipahami oleh setiap muslim. Karena pemahaman politik yang sejatinya, tidak sama dengan pemahaman selama ini dalam ilmu politik secara umum, yaitu berpolitik yang hanya dimaksudkan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Akan tetapi kita berpartisipasi dalam politik untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran ilahiah dan memperjuangkan kepentingan masyarakat. Berkuasa untuk melayani umat, dan memimpin untuk memperbaiki sistem yang tidak berpihak kepada nilai-nilai kebaikan dan kebenaran.

Oleh karenanya, seluruh aktivitas yang berkaitan dengan gerakan berpartai dan berpolitik, disebut dengan “Jihad Siyasi” (Perjuangan Politik). Dalam bahasa Imam Hasan Al-Banna, perjuangan ini dikatagorikan dalam marhalah “rukun amal” yang disebut “Ishlahul Hukumah” (Perbaikan Pemerintahan).

Keberhasilan dan kesuksesan berpolitik atau jihad siyasi harus berimpact kepada dimensi kehidupan yang lain. Harus berimpact kepada dunia pendidikan dan dakwah. Yang berujung kepada pencerdasan anak bangsa dan pencetakan generasi rabbani. Harus berimpact kepada dunia ekonomi dan sosial budaya. Yang berakhir kepada pemeliharaan aset-aset negara dan pendayagunaan kepada masyarakat yang lebih luas. Begitu juga mampu memelihara identitas atau jati diri bangsa yang bertumpu pada pondasi spirituil dalam aspek sosial budaya.

Seruan dan anjuran kepada umat Islam untuk kembali ke barak atau ke dunia dakwah saja dengan pemahaman yang sempit, karena alasan bahwa dunia politik adalah dunia “rawan dan beranjau”, dunia yang sarat dengan kebohongan, ketidak jujuran, khianat, gunjing-menggunjing, halal menjadi haram, haram menjadi halal, atau menyetujui demokrasi yang merupakan produk Barat, adalah sebuah seruan kemunduran dalam berdakwah. Bukankah seruan ini seperti orang yang mengatakan dulu: “Islam Yes, Politik No”. Sebuah adigium yang dulu merupakan musuh bersama umat Islam dan da’i yang mengajak kembali manusia kepada Islam secara kaffah atau komprehensif.

Dan bila ada sebagian kader yang tergelincir dan terjerumus dalam permainan sistem yang destruktif negatif, maka tugas umat, organisasi massa Islam atau organisasi politik Islam untuk menyiapkan sarana dan prasarana agar setiap yang terjun ke dunia politik tetap istiqamah dalam menjalankan amanah yang dibebankan kepadanya dan  tetap menjaga integritas diri.


Baina Ad-Dakwah Was Siyasah

Apakah ada pertentangan antara dakwah dan siyasah atau politik?. Jawaban pertanyaan ini akan menyelesaikan kerisauan dan kegamangan kita dalam melakukan kerja-kerja dakwah selanjutnya yang bersinggungan dengan dunia politik dan langkah meraih kemenangan “Jihad Siyasi” dalam perhelatan pemilihan wakil-wakil rakyat dan pemimpin negeri ini.

Ayat di atas dan pengertian Islam yang didefinisikan oleh Imam Hasan Al-Banna di bawah ini adalah dalil yang menunjukkan tentang titik temunya amal da’awi dan amal siyasi dalam bingkai keislaman. Jadi tidak ada samasekali pertentangan antara dunia Dakwah dengan dunia Politik.

Coba kita renungkan pernyataan Beliau dalam “Risalatut Ta’lim”:

“Islam adalah nidzam (aturan) komprehensif yang memuat seluruh dimensi kehidupan. Ia adalah daulah dan tanah air atau pemerintahan dan ummat, ia adalah akhlak dan kekuatan atau rahmat dan keadilan. Ia adalah tsaqafah (wawasan) dan qanun (perundang-undangan) atau keilmuan dan peradilan, ia adalah materi dan kesejahteraan atau profesi dan kekayaan. Ia adalah jihad dan dakwah atau militer dan fikrah, sebagaimana ia adalah aqidah yang benar  dan ibadah yang shahih ( benar).”

Dakwah yang bertujuan menyeru manusia untuk kembali kepada nilai-nilai Islam secara komprehensif bisa dilakukan oleh kader di manapun ia berada dan apapun profesinya. Apakah ia seorang ekonom, pengusaha, pendidik, teknokrat, birokrat, petani, buruh,  politikus (aleg) dan eksekutif (menetri) bahkan seorang presiden sekalipun.  Jadi dakwah bukan suatu yang antagonis dengan dunia politik, akan tetapi dunia politik merupakan salah satu lahan dakwah.

8. Ekonomi (al-istishadi)

“Barang siapa yang meminjamkan sesuatu hendaklah ia melakukannya dengan takaran, timbangan, dan jangka waktu yang pasti.” (HR. Bukhari Muslim)

Untuk menunaikan tugas-tugas dan agar bisa bertahan hidup, manusia melakukan kegiatan ekonomi. Islam mengatur agar kegiatan ekonomi itu bukan untuk memenuhi kesengangan sesaat, namun menyiapkan kebahagiaan sejati di dunia dan di akhirat nanti.

9. Militer (al-’askari)

Dalam rangka menegakkan kebenaran, melindungi yang lemah, dan melindungi negara dari ancaman musuh-musuh, Islam berbicara dan mengatur tentang kemiliteran. Perintah berjihad, berperang, bertempur, merupakan bagian dari firman Allah untuk menjaga agar nilai Islam tegak dan kukuh di tengah masyarakat. (Al Anfaal : 60)
Manusia perlu menyiapkan kekuatan untuk memperoleh dan mempertahankan eksistensinya

10 Peradilan (al-jina-i)

Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi hukum dan peradilan. Apakh hukum jahiliyah yang mereka kehendaki dan hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orng yang yakin. (Al Maidah : 50).

Manusia diberi hak membuat aplikasi hukum dan perundang-undangan, baik perdata maupun pidana



Referensi:
diringkas dari blog Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan (Adi Supriadi)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar